![Diwarnai Persahabatan Sekaligus Permusuhan](https://koran-jakarta.com/images/article/diwarnai-persahabatan-sekaligus-permusuhan-231218213747.jpg)
Diwarnai Persahabatan Sekaligus Permusuhan
![Diwarnai Persahabatan Sekaligus Permusuhan](https://koran-jakarta.com/images/article/diwarnai-persahabatan-sekaligus-permusuhan-231218213747.jpg)
Akhirnya, ketika perdamaian tercapai pada tahun 1258 M, harga yang harus dibayar oleh Korea adalah kewajiban menyediakan kapal dan material untuk invasi Mongol (yang gagal) ke Jepang pada 1274 dan 1281 M.
Hubungan antara Korea dan Jepang berganti-ganti antara kemitraan dagang yang bersahabat dan permusuhan langsung selama abad-abad berikutnya. Pembajakan menjadi masalah besar dengan armada besar yang mengangkut pihak-pihak penyerang yang menjarah hingga jauh ke dalam wilayah Korea.
Hal ini menyebabkan Raja Taejong dari Kerajaan Joseon (Choson) menyerang pangkalan bajak laut Jepang di Pulau Tsushima pada tahun 1419 M. Meskipun tindakan ini tidak sepenuhnya memberantas para bajak laut (waegu), namun tindakan ini memungkinkan terjadinya kesepakatan dagang dengan Jepang, yaitu Perjanjian Gyehae yang dibuat pada tahun 1443 M.
Pada akhir abad ke-16 M, banyak pembuat tembikar dan seniman Korea dibawa secara paksa ke Jepang setelah invasi Toyotomi Hideyoshi ke Semenanjung Korea dalam konflik yang kadang-kadang disebut sebagai "Perang Tembikar" tetapi lebih umum disebut Perang Imjin (1592-8 M).
Para seniman ini, yang sudah dikagumi karena porselen putih yang mereka produksi dalam jumlah besar, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peralatan Satsuma Jepang. Korea dirusak oleh invasi tersebut, dan banyak situs budaya serta karya seni dihancurkan atau dibawa ke Jepang. Yang lebih buruk terjadi setelah Perang Tiongkok-Jepang tahun 1894-5 M, yang terjadi di tanah Korea, dan pendudukan penuh Jepang di semenanjung tersebut hingga akhir Perang Dunia II. hay/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya