Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dinasti Yuan, Bangsa Asing yang Pernah Berkuasa di Tiongkok

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tiongkok pernah berada-abad diperintah oleh bangsa asing. Artinya mereka bukan dari entitas suku Han yang sebagai peletak dasar bagi perkembangan kebudayaan, identitas kebangsaan dan nasionalisme, ekonomi dan politik karena saat ini 91 persen penduduknya berasal dari suku ini.

Bangsa asing yang memerintah di negeri Panda adalah Yeke Moghul Ulus (1271 - 1368) atau bangsa Mongol. Dinasti asing kedua yang memerintah adalah Dinasti Qing (1636-1912) atau juga dikenal sebagai Dinasti Manchu atau Kekaisaran Qing.
Dinasti Yuan didirikan oleh Kubilai Khan yang bergelar shizu yang hidup antara 1279-1294. Ia merupakan cucu dari Jenghiz Khan yang mendirikan kekaisaran terbesar kedua dalam sejarah dunia, setelah Kekaisaran Mongolia mengalami perpecahan .
Dinasti Yuan didirikan oleh bangsa Mongol dan memerintah Tiongkok dari 1271 hingga 1368 M atau selama 97 tahun. Kaisar pertama mereka adalah Kubilai Khan (memerintah 1260-1279 M). Ia berkuasa setelah mengalahkan Dinasti Song yang telah memerintah di Tiongkok sejak 960 M.
Meski berkuasa relatif singkat, namun dinasti Yuan berhasil membawa stabilitas dan perdamaian di Tiongkok serta membawa kemakmuran ekonomi tertentu bagi sebagian orang. Semasa pemerintahan Tiongkok, semua itu tak tercapai karena pertikaian tanpa akhir di antara para pemimpin yang ada.
Sejarah kekuasaan Dinasti Mongol dimulai pada 1268. Saat itu Kubilai Khan memusatkan perhatian untuk merebut kekuasaan dari Dinasti Song. Setelah berhasil, ia menetapkan dirinya, seperti yang diimpikan oleh semua pemimpin nomaden sebelum dia, sebagai kaisar Tiongkok.
Bangsa Mongol telah melakukan beberapa serangan besar di wilayah Dinasti Song, terutama pada masa pemerintahan Jenghis Khan (memerintah 1206-1227 M) pada 1212-1215 M dan Mongke Khan (memerintah 1251-1259 M) pada 1257-1260 M.
Dilengkapi dengan pasukan lebih dari 1 juta orang, armada angkatan laut yang besar, dan kekayaan yang sangat besar, Song menjadi lawan yang keras kepala bagi mesin militer Mongol yang tak terkalahkan. Namun keberhasilan perang Mongol di seluruh Asia didasarkan pada kavaleri cepat.
Song membalas strategi tersebut dengan mengadopsi strategi perang yang lebih statis dengan membangun benteng besar di kota-kota utama dan penyeberangan sungai. Strategi ini tidak mudah ditaklukan oleh Kubilai. Ia perlu waktu 11 tahun untuk meruntuhkan strategi ini. Caranya dengan memilih targetnya satu per satu dan untuk dikalahkan. Dengan strategi itu Song akhirnya tunduk.
Kekalahan Song tidak lepas dari banyaknya jenderal yang membelot atau menyerahkan pasukan mereka. Ini menunjukkan fakta istana kekaisaran dilanda pertikaian antara penasihat, kaisar dan anak. Pada akhirnya, janda permaisuri dan putranya yang masih kecil Kaisar Gongzong (memerintah 1274-5 M) menyerah bersama dengan ibu kota mereka Lin'an pada 28 Maret 1276 M. Para bangsawan Song ditawan ke ibu kota baru Kubilai di Beijing (Daidu).
Kelompok-kelompok loyalis Song berjuang selama tiga tahun, dengan menempatkan dua kaisar muda lagi dalam prosesnya (Duanzong dan Dibing). Tapi orang-orang Mongol dapat menyapu semuanya di depan mereka.
Akhirnya, pada 19 Maret 1279 M, pertempuran laut yang hebat dimenangkan di Yaishan dekat Makau saat ini. Penaklukan Mongol atas Tiongkok selesai. Ini adalah pertama kalinya negara itu bersatu sejak abad ke-9 M. Sebelumnya karena pertikaian banyak orang mati, dirampok, dan mengungsi di seluruh negeri.

Poros Utama
Menobatkan dirinya sebagai kaisar Tiongkok, Kubilai memberi dirinya nama pemerintahan Shizu dan pada 1271 M, dinasti barunya dengan nama Yuan yang berarti "asal" atau "pusat, poros utama". Namun proses untuk berkuasa dimulai pada 1260 M dengan melakukan kampanye oleh Mongke. Pada 1271 M, Dinasti Yuan menggunakan nama resmi pertamanya. Pada 1276 M, Kaisar Song terakhir wafat menyusul jatuhnya ibu kota Song pada 1279 M sekaligus menandai perlawanan.
Untuk menarik perhatian orang Tiongkok yaitu Kubilai mengadopsi budaya Tiongkok seperti mengadopsi tradisi seperti jubah kaisar, bepergian dengan kursi, dan mengelilingi diri mereka dengan penasihat Konfusianisme.
Namun, kekuatan sebenarnya tetap berada di tangan Mongol karena posisi administratif kunci di 12 provinsi semi-otonom yang baru dibuat di mana Tiongkok dan Korea utara dianeksasi pada 1270 M, sekarang sebagian besar jatuh ke tangan Mongol. Enam kementerian tradisional Tiongkok, yang ada sejak Dinasti Tang (618-907 M), berlanjut seperti sebelumnya, tetapi ada juga lembaga Mongol, seperti Shumi Yuan atau Kementerian Perang.
Kubilai menghapus ujian pegawai negeri yang akan menguntungkan pejabat Tiongkok dengan pendidikan Konfusianisme mereka. Meskipun banyak pejabat Tiongkok terus bekerja seperti sebelumnya, mereka tunduk pada inspeksi acak dan rahasia oleh sensor yang dipercaya oleh Mongol.
Pejabat daerah Mongol yang dikenal sebagai jarquchi diangkat ke wilayah Tiongkok. Mereka adalah perwakilan dari berbagai klan Mongol membentuk pemerintah lokal untuk setiap provinsi. Polisi Mongol, tutqaul, diberi tugas untuk memastikan jalan bebas dari bandit. Orang Asia barat khususnya Muslim, diberi peran keuangan pemerintah seperti menteri keuangan dan inspektur pajak. hay/I-1

Invasi Mongol ke Jawa yang Gagal Total

Ketika berkuasa, penguasa dinasti Yuan, Kubilai Khan, sangat tertarik untuk membangun kembali sistem penarikan upeti Tiongkok yang lama diabaikan menjelang akhir dari pemerintahan Song. Mereka melakukan serangkaian kampanye untuk membawa tetangga untuk tunduk kepada kaisar.
Untuk mendapatkan upeti, tentara Mongol menyerbu Jepang sebanyak dua kali pada 1274 dan 1281. Perlawanan gigih pasukan Jepang menggagalkan serangan dinasti Yuan. Pasukan Mongol juga menginvasi Vietnam pada 1281 dan 1286, Burma pada 1277 dan 1287, dan Jawa pada 1292.
Serbuan Dinasti Yuan ke Jawa dilakukan Kubilai Khan, dengan mengirim invasi besar ke pulau Jawa dengan 20.000 sampai 30.000 tentara. Serbuan ini merupakan ekspedisi untuk menghukum Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari, yang menolak membayar upeti dan bahkan melukai utusan Mongol. Penguasa Kerajaan Singasari, Kertanegara, tidak bersedia tunduk kepada Mongol. Kertanegara lalu mencap wajah sang utusan dengan besi panas seperti yang biasa dilakukan terhadap pencuri, memotong telinganya, dan mengusirnya secara kasar.
Kubilai Khan sangat terkejut dengan kejadian tersebut. Pada 1292, dia pun memerintahkan dikirimkannya ekspedisi untuk menghukum Kertanegara, yang dia sebut orang barbar. Serangan ini juga memiliki tujuan lain. Menurut Kubilai khan sendiri, jika pasukan Mongol mampu mengalahkan Jawa, negara-negara lain yang ada di sekitarnya akan tunduk dengan sendirinya.
Ketika pasukan Yuan tiba di Jawadwipa, Kertanegara sudah tidak berkuasa karena tewas dalam kudeta istana dan perampas tahtanya oleh Jayakatwang. Untuk merebut kembali kekuasaan Jayakatwang, Raden Wijaya, menantu Kertanegara, bersekutu dengan Mongol yang datang untuk melawan Jayakatwang.
Setelah berhasil bersekutu dalam mengalahkan Jayakatwang, selanjutnya 200 prajurit Yuan yang tak bersenjata dan dipimpin oleh dua orang perwira dikirim untuk melawan Raden Wijaya. Pada 26 Mei, Raden Wijaya dengan cepat memobilisasi pasukannya dan menyergap rombongan pasukan Yuan, yang berusaha meminta upeti. Setelah itu Raden Wijaya menggerakkan pasukannya menuju kamp utama pasukan Yuan dan melancarkan serangan tiba-tiba.
Dia berhasil membunuh banyak prajurit Yuan sedangkan sisanya berlari kembali ke kapal mereka. Setelah mencapai sebuah candi, tentara Yuan disergap oleh tentara Jawa yang telah menunggu mereka. Mereka berhasil menerobos di bagian tengah, melanjutkan pelarian
Kubilai pun melakukan perubahan sosial dan politik. Ia harus memastikan bahwa bangsa Mongol selalu mendapat keuntungan di Tiongkok ketika berkuasa dengan menerapkan kebijakan yang terkadang diskriminatif.
Ia menggolongkan masyarakat jadi empat kelas. Yuan sebagai kelas tertinggi karena memiliki kesetiaan yang dirasakan kepada penguasa Dinasti Yuan, adalah Mongol. Kelas Semu adalah orang-orang dari Asia Tengah atau penutur bahasa Turki, Hanren berasal dari Tiongkok utara, Tibet, Khitan, Jurchen. Kelas terakhir Nanren yaitu Tiongkok selatan yang dimana lokalis Dinasti Song masih kuat. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top