![Dinasti Politik Hari Ini, Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Memutus Rantainya](https://koran-jakarta.com/images/article/dinasti-politik-hari-ini-upaya-yang-bisa-dilakukan-untuk-memutus-rantainya-240114104344.jpg)
Dinasti Politik Hari Ini, Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Memutus Rantainya
![Dinasti Politik Hari Ini, Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Memutus Rantainya](https://koran-jakarta.com/images/article/dinasti-politik-hari-ini-upaya-yang-bisa-dilakukan-untuk-memutus-rantainya-240114104344.jpg)
Sejumlah pengunjuk rasa membawa poster berisi pesan tuntutan dalam aksi di depan Gedung MK, Jakarta, Minggu (15/10/2023).
Walaupun hanya 10% jumlah kandidat yang terindikasi dinasti politik, namun rasio kemenangan mereka mencapai 69%. Artinya, kandidat yang terafiliasi dinasti memiliki probabilitas yang besar untuk memenangkan kontes politik.
Biasanya, keterpilihan tersebut dipengaruhi oleh program kerja pendahulunya yang dianggap cukup memuaskan atau telah memiliki popularitas yang lebih tinggi. Sebagai contoh, masyarakat merasa puas dan percaya akan kepemimpinan seorang kepala daerah, maka jika di periode berikutnya anaknya maju dalam Pilkada, anak tersebut akan dengan mudah memenangkan pemilihan karena diyakini akan melanjutkan program orang tuanya tersebut.
Ini kerap terjadi di daerah yang pembangunan infrastrukturnya pesat, seperti pembangunan jalan raya, karena infrastruktur adalah program yang dapat dirasakan langsung oleh publik.
Namun, sebagai konsekuensinya, langgengnya dinasti politik dapat menyebabkan meluasnya budaya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Kita bisa melihat kasus Bupati Klaten Sri Hartini, yang akhirnya terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2016. Sri Hartini dianggap berasal dari dinasti politik karena mendiang suaminya, Haryanto Wibowo, juga pernah menjabat Bupati Klaten periode 2000-2005.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya