Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

Dilema Transportasi Udara

Foto : ANTARA/Hendra

Calon penumpang berjalan menuju pesawat di Bandara Adisutjipto, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (28/5/2019). PT Angkasa Pura I (Persero) memprediksi jumlah penumpang mudik Lebaran 2019 di Bandara Adisutjipto Yogyakarta yang menggunakan angkutan udara akan mengalami penurunan 19,7 persen dibandingkan tahun 2018.

A   A   A   Pengaturan Font

Kementerian Perhubungan mencatat penurunan pengguna moda transportasi udara mulai H-7 (tujuh hari sebelum Lebaran) hingga hari kedua Lebaran. Di antaranya, penurunan terjadi di Jambi antara 20 sampai 25 persen, Ambon 35,68 persen, dan Yogyakarta turun 20 persen. Namun, Kementerian Perhubungan belum bisa memastikan penurunan penumpang pesawat karena mahalnya harga tiket.

Sebab, penurunan penumpang juga terjadi di moda transportasi darat, sejak H-7 Lebaran, penurunan penumpang bus mencapai 47 persen. Kementerian Perhubungan berasumsi pemudik beralih menggunakan kereta api dan kendaraan pribadi pada Lebaran 2019. Dengan kata lain, terlihat ada perpindahan penumpang ke kereta api dan angkutan pribadi.

Berdasarkan asumsi, penurunan jumlah penumpang pesawat karena animo masyarakat yang ingin menjajal infrastruktur Trans Jawa dan Trans Sumatra. Alasan lain, mahalnya harga tiket pesawat membuat masyarakat yang tak berdaya beralih ke jalur darat. Lebih dari itu, penurunan jumlah penumpang pesawat terbang lebih disebabkan aspek psikologis.

Masyarakat memutuskan tidak menggunakan pesawat terbang karena dipengaruhi kabar kenaikan harga tiket pesawat. Padahal, jika membandingkan harga tiket pesawat terbang pada periode Lebaran tahun ini dengan tahun lalu, Lebaran tahun ini cenderung lebih rendah. Apalagi setelah pemerintah memangkas tarif batas atas (TBA).

Sementara itu, Airnav mencatat sejak harga tiket mahal, terjadi penurunan frekuensi penerbangan 15 persen. Mahalnya tiket pesawat juga jadi masalah perekonomian nasional dan berdampak luas ke berbagai sektor industri. Penurunannya jelas ada, misalnya Soekarno-Hatta yang biasanya 1.000-1.100 penerbangan per hari, untuk saat ini turun sekitar 15 persen.

Penurunan frekuensi terjadi di penerbangan domestik dan internasional. Meskipun jadi alasan utama, harga tiket pesawat bukan satu-satunya faktor lain yang membuat jadwal penerbangan berkurang. Pasalnya, pada periode tersebut yaitu Januari-April juga bertepatan dengan musim sepi atau low season. Alasan lainnya, selesainya proyek Tol Trans Jawa.

Beberapa rute penerbangan seperti Jakarta-Surabaya, Jakarta-Semarang, dan Jakarta-Denpasar saat ini sudah bisa dilewati darat dengan durasi di bawah 10 jam. Pihak terkait transpotasi udara memang hanya bisa memaparkan data apa adanya, yakni jumlah penumpang pesawat menurun. Artinya, pendapatan maskapai juga berkurang, tidak seperti Lebaran tahun-tahun sebelumnya.

Menyusul itu, ke depannya bisnis penerbangan akan menghadapi kenyataan, akankah jumlah penumpang sesuai dengan target? Industri penerbangan nasional tampaknya sedang dilematis. Beban operasional yang melambung telah menyebabkan ongkos penerbangan bertambah dan akhirnya pelanggan yang terkena getahnya.

Pemerintah tak bisa berbuat banyak selain berupaya untuk menciptakan persaingan tarif tiket pesawat yang lebih kompetitif. Salah satunya, mengundang maskapai asing masuk ke pasar penerbangan di Indonesia. Sebab, kehadiran pelaku usaha baru bisa memberi pilihan layanan baru bagi masyarakat, baik secara kualitas maupun kuantitas tarif yang ditawarkan.

Saat ini pilihan layanan penerbangan di dalam negeri saat ini, cenderung terbatas. Pasar penerbangan dalam negeri hanya dikuasai oleh dua grup besar, yaitu grup Garuda Indonesia dan grup Lion Air.

Struktur pasar ini cenderung memberikan power berlebih di produsen, maka jawabannya mengundang maskapai asing supaya maskapai nasional menurunkan harga. Kini, masalah tarif peswat berpulang pada maskapai penerbangan nasional. Jika bertahan dengan kondisi sekarang, penumpang berkurang. Jika berubah menyesuaikan biaya, penumpan pasti akan datang.

Komentar

Komentar
()

Top