Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dilema Pegawai Pos

A   A   A   Pengaturan Font

Mengetahui pegawai PT Pos Indonesia (Persero) belum digaji, kita langsung berempati. Betapa tidak, karena mereka sangat membantu masyarakat. Mereka mengawal surat-menyurat dan mengantar barang hingga ke pelosok daerah terpencil. Kita berharap gaji pegawai pos dibayarkan pada 4 Februari 2019 ini, sesuai dnegan janji manajemen.

Ini penting, agar keberlangsungan mereka terpenuhi, terutama untuk kebutuhan keluarga. Tertundanya gaji pegawai tidak lepas dari masalah yang dihadapi PT Pos Indonesia (PI). Informasi yang diperoleh, keterlambatan pembayaran gaji akibat salah urus atau miss management dalam waktu lama. Sebab pimpinan tidak mampu membaca kondisi perusahaan, tantangan bisnis, dan perubahan zaman.

Informasi lain, terjadi pergantian direksi dan komisaris ketika PI sedang merugi. Selain itu, upah pekerja juga tidak naik. Bahkan, tidak diberikan, seperti yang terjadi saat ini. Kabarnya, banyak pekerja dengan sistem outsourcing (alih daya) yang tak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Lebih lagi, kondisi keuangan PI juga sedang menurun. Bahkan, target laba tahun 2018 yang dipatok 400 miliar rupiah diperkirakan tidak tercapai. Apalagi, pada tahun sebelumnya hanya mencapai 355 miliar rupiah. Pada 2015, laba perseroan bahkan cuma 299 miliar rupiah.

Penurunan laba terjadi karena pendapatan Perseroan juga turun tipis 2,8 persen pada 2016 menjadi 'hanya' 4,32 triliun rupiah pada 2017. Di sisi lain, beban pokok layanan dan keuangan perusahaan kurir pelat merah ini meningkat. Namun, tahun lalu kinerja PI tumbuh signifikan. Artinya, jika beberapa tahun lalu mengalami kerugian lantaran persaingan yang semakin ketat di bisnis logistik, kini PI berhasil meraup laba. Di kuartal I 2018, meraup laba sebesar 100 miliar rupiah.

Sementara itu, penjualan pada kuartal I 2018 mencapai 1,2 triliun rupiah. Porsi penjualan terbesar masih dari jasa kurir sekitar 60 persen. Kemudian jasa keuangan, ritel, penjualan materai dan bisnis properti. Pada 2018, PI menargetkan penjualan sebesar 6,2 triliun rupiah atau tumbuh 30 persen dari realisasi 2017.

PI memiliki empat lini bisnis, yakni jasa kurir, jasa keuangan, jasa ritel, dan properti optimasi. Perseroan juga akan fokus kepada anak usaha dan properti melalui pengembangan aset. Sesungguhnya, pegawai PI sedang menghadapi dilema. Di satu sisi berusaha melakukan transformasi yang berfokus kepada perbaikan layanan kepada para pelanggan agar memberikan user experience yang lebih baik. Di sisi lain persaingan jasa pos kian ketat. Lebih dari itu, PI membutuhkan investasi besar untuk mentransformasi diri agar bisa kompetitif di era digitalisasi.

Pemerintah tampaknya harus turun tangan agar PI bisa menjadi perusahaan digital modern yang mampu bersaing sesuai dengan perkembangan zaman. Paling tidak, ada kepastian dari pemerintah tentang masa depan PI. Untuk sementara ini, kita berharap pada manajemen, pegawai, dan serikat pekerja dapat selalu saling melakukan kerja sama dan menjaga harmonisasi hubungan industrial, menjaga nama baik perusahaan di mata publik, dan stakeholders dengan melakukan tindakan-tindakan positif untuk peningkatan kemajuan perusahaan.

Program dan strategi yang dilakukan untuk kemajuan perusahaan mutlak didukung sepenuhnya oleh semua pihak di dalam perusahaan. Apa pun masalah internal yang terjadi di perusahaan, hendaknya menjadi kewajiban semua pihak untuk menemukan solusi terbaik dan kondusif. Keterbukaan adalah solusi dari tertundanya gaji pegawai PI. Untuk itu, manajemen mesti menginformasikan kondisi riil perseroan termasuk tujuan dari kebijakan-kebijakan.

Komentar

Komentar
()

Top