
Dilema Integrasi AI pada Digital Marketing: Dorong Efisiensi Tanpa Hilangkan Interaksi Manusia
Pavel Yurovitsky, pakar di industri pemasaran digital global yang sekaligus CEO KIT Global.
Foto: IstimewaJAKARTA - Dalam era pemasaran digital yang semakin dinamis, adopsi kecerdasan buatan (AI) menjadi tak terhindarkan bagi banyak bisnis untuk meningkatkan efisiensi. Dari optimasi iklan hingga personalisasi interaksi dengan pelanggan, AI menjanjikan solusi cerdas untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Namun, di balik keunggulannya, bagaimana mengintegrasikan AI tanpa meninggalkan interaksi humanis dengan pelanggan? Menurut pakar di industri pemasaran digital global, Pavel Yurovitsky yang sekaligus CEO KIT Global, AI seharusnya menjadi alat pendukung, bukan pengganti kreativitas manusia.
“Teknologi ini mampu mengolah data dalam jumlah besar dan menemukan pola yang tidak bisa dianalisis manusia dalam waktu singkat. Namun, kreativitas dan empati tetap menjadi elemen tak tergantikan dalam pemasaran,” ungkapnya melalui siaran pers pada hari Selasa (11/3).
Efisiensi AI: Hemat Waktu, Optimalkan Kinerja
Salah satu manfaat utama AI dalam pemasaran digital adalah kemampuannya untuk meningkatkan efisiensi operasional. AI dapat mengotomatisasi banyak tugas yang sebelumnya membutuhkan tenaga manusia dalam jumlah besar.
Salah satu e-commerce di luar negeri kini mengandalkan chatbot berbasis AI untuk menangani lebih dari 80 persen pertanyaan pelanggan. Dengan teknologi ini, mereka menghemat jam kerja yang sebelumnya dihabiskan untuk menjawab pertanyaan berulang, sekaligus meningkatkan responsivitas dan kepuasan pelanggan.
Dalam dunia pemasaran konten, AI juga semakin berperan dalam membantu tim kreatif menghasilkan materi yang lebih relevan dengan audiens mereka. Beberapa platform kini menggunakan AI untuk menganalisis tren, menyusun headline yang menarik, serta mengoptimalkan waktu publikasi berdasarkan kebiasaan pengguna.
Namun, di sisi lain, Pavel mengingatkan bahwa pendekatan berbasis AI harus diimbangi dengan sentuhan manusia. Ketika AI digunakan secara berlebihan tanpa mempertimbangkan faktor psikologis, risiko terbesar adalah munculnya komunikasi yang terasa ‘dingin’ dan tidak personal.
“Ini bisa menurunkan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang,” katanya.
Tantangan Adopsi AI di Indonesia
Meskipun AI menawarkan banyak keuntungan, adopsinya di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Berdasarkan laporan MMA Indonesia, mayoritas perusahaan di Indonesia masih dalam tahap eksperimen dalam menggunakan AI, dengan tantangan utama berupa kurangnya pemahaman mengenai implementasi yang tepat serta persepsi biaya yang tinggi.
“Banyak bisnis yang tertarik menggunakan AI, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah mengadopsi AI hanya karena tren, tanpa memiliki strategi yang jelas. Padahal, AI seharusnya digunakan untuk menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik,” kata Pavel.
Selain itu, salah satu tren yang berkembang pesat di Indonesia adalah meningkatnya penggunaan chatbot berbasis AI dalam layanan pelanggan. Banyak perusahaan mulai menerapkan fitur chatbot di website dan media sosial mereka untuk mengotomatisasi interaksi dengan pelanggan.
“Jika diterapkan dengan benar, chatbot AI bisa meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memberikan pengalaman yang lebih personal kepada pelanggan. Namun, perlu diingat bahwa chatbot yang terlalu kaku justru bisa membuat pelanggan frustrasi, karena mereka ingin berinteraksi dengan manusia ketika menghadapi pertanyaan yang lebih kompleks,” tambahnya.
Strategi Menerapkan AI dengan Pendekatan yang Seimbang
Bagi perusahaan yang ingin mulai mengadopsi AI dalam strategi pemasaran, langkah pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan spesifik, apakah untuk meningkatkan efisiensi layanan pelanggan, mengoptimalkan kampanye iklan, atau memperkuat personalisasi.
“Implementasi AI sebaiknya dimulai dari skala kecil dan fokus pada satu area dengan dampak terbesar, sebelum diperluas ke strategi lain,” tutur Pavel.
Selain itu, AI harus digunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti tim pemasaran manusia, dengan mengotomatisasi tugas repetitif sementara aspek strategis dan kreatif tetap dikelola oleh manusia. Perusahaan juga perlu terus memantau dan mengevaluasi efektivitas AI dengan menetapkan KPI yang jelas, seperti konversi, ROI, atau engagement, agar penggunaannya benar-benar memberikan nilai tambah.
Masa Depan AI dalam Pemasaran Digital
Ke depan, peran AI dalam pemasaran digital diperkirakan akan terus berkembang. Namun, menurut Pavel, kesuksesan AI tidak hanya bergantung pada kemampuannya dalam mengolah data, tetapi juga pada bagaimana perusahaan dapat menggunakannya untuk menciptakan customer experience yang lebih baik dan lebih personal.
- Baca Juga: Archimedes, Matematikawan dan Penemu Jenius dari Yunani
- Baca Juga: Tips Olahraga saat Puasa
“AI yang paling sukses adalah yang dapat memahami pelanggan, berbicara dalam bahasa mereka, dan membangun hubungan jangka panjang. Pada akhirnya, keberhasilan marketing tetap tentang manusia, bukan hanya tentang data,” pungkasnya.
Berita Trending
- 1 Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap Interpol
- 2 Didakwa Lakukan Kejahatan Kemanusiaan, Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap
- 3 Peran TPAKD Sangat Penting, Solusi Inklusi Keuangan yang Merata di Daerah
- 4 Luar Biasa, Perusahaan Otomotif Vietnam, VinFast, Akan Bangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum hingga 100.000 Titik di Indonesia
- 5 Satu Peta Hutan, Menjaga Ekonomi Sawit dan Melestarikan Hutan
Berita Terkini
-
Album ‘Hop’ Stray Kids Raih Sertifikasi Emas di AS
-
Ini sanksi yang Diberikan Pemprov DKI Bagi ASN yang Mudik Pakai Kendaraan Dinas
-
Persiapan Popda dan Popnas, Dispora Kalsel siapkan Pelatihan Atlet untuk Berlaga
-
Pemprov DKI Jakarta: Pembangunan Tanggul Mitigasi Usai Lebaran
-
Warga Jakarta Wajib Tau, 705 Ribu Siswa Penerima KJP Plus Ditetapkan Pemprov DKI