Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Unjuk Rasa di Hong Kong

Demonstran dan Polisi Kembali Bentrok

Foto : AFP/Philip FONG

Kembali Berdemo l Para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan terhadap RUU ekstradisi di Distrik Sha Tin, Hong Kong, pada Minggu (14/7). Aksi unjuk rasa di distrik perbatasan Hong Kong – Tiongkok ini menyasar pedagang yang datang dari Tiongkok daratan.

A   A   A   Pengaturan Font

HONG KONG - Situasi politik di Hong Kong kembali memanas setelah kelompok pengunjuk rasa dan polisi bentrok pada Minggu (14/7) dalam aksi penolakan terhadap rencana rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan dilaksanakannya ekstradisi dari Hong Kong ke Tiongkok daratan.

Kali ini aksi unjuk rasa dipusatkan di Distrik in Sha Tin, yang merupakan wilayah pinggiran Hong Kong yang berbatasan dengan wilayah Tiongkok. Demonstran yang mengenakan topeng, membangun barikade dalam menghadapai polisi antihuru-hara yang mencoba membubarkan aksi itu.

Bentrokan terjadi setelah polisi menggunakan semprotan merica dan tongkat pemukul dalam menghadapi sekelompok demonstran yang menduduki jalanan di distrik perbatasan itu.

"Kami telah melakukan aksi beberapa kali, namun pemerintah kota masih belum mau mendengar tuntutan kami sehingga memaksa kami untuk kembali turun ke jalan," kata seorang demonstran berusia 24 tahun, Tony Wong, yang turut serta dalam aksi unjuk rasa di Sha Tin.

Sehari sebelumnya yaitu pada Sabtu (13/7), juga terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa yang melakukan aksi protes di kota perbatasan Sheung Shui. Aksi ini menyasar para pedagang yang datang dari Tiongkok daratan.

Hong Kong selama lebih dari sebulan ini dilanda aksi unjuk rasa yang kadang berakhir dengan konfrontasi. Kericuhan memuncak bulan lalu, saat ratusan demonstran berhasil merangsek masuk ke gedung legislatif kota dan melakukan aksi vandalisme.

Sejak insiden itu, RUU itu ditunda, namun langkah penundaan itu tak menyurutkan warga yang marah sehingga mereka memperluas tuntutannya dengan menyerukan reformasi demokrasi, kebebasan untuk menentukan hak pilih secara universal, dan penghentian pergeseran kebebasan di kota semi-otonom itu.

Demonstran juga meminta agar RUU ekstradisi dihapuskan seluruhnya, meminta penyelidikan penggunaan gas air mata dan peluru karet oleh polisi, amnesti bagi demonstran yang ditangkap, dan menuntut agar pemimpin kota, Carrie Lam, untuk mundur.

Perjuangan Eksistensial

Unjuk rasa di Sha Tin ini menandai pekan ke-5 aksi protes antipemerintah. Sebagian besar pengunjuk rasa menyatakan bahwa aksi-aksi demonstrasi ini sebagai bagian dari perjuangan eksistensial melawan Beijing yang semakin tegas.

"Saat ini merupakan momentum yang amat berbahaya. Warga Hong Kong dapat memilih untuk mati atau hidup. Kami berada di ujung tanduk, tetapi untungnya kami belum mati," kata JoJo So, seorang perempuan berusia lima puluhan yang turut serta dalam unjuk rasa.

Terkait aksi unjuk rasa di Hong Kong ini, pihak Beijing telah memberikan dukungan penuh di belakang Lam, menyerukan polisi Hong Kong untuk mengejar siapa pun yang terlibat dalam penyerbuan parlemen dan bentrokan lainnya.

Di bawah kesepakatan penyerahan 1997 dengan Inggris, Tiongkok berjanji untuk mengizinkan Hong Kong untuk mempertahankan kebebasan utama seperti pengadilan independen dan hak-hak seperti kebebasan berbicara. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top