Jum'at, 06 Des 2024, 21:05 WIB

Demi Pikat Anak muda, Museum Bahari Ajak Seniman dalam Pameran

Kurator pameran "Membangun di Lahan Basah: Dari Gudang Barat hingga Museum Bahari 1652-1977" Rifandi S. Nugroho memberi penjelasan pada salah seorang pengunjung terkait pameran di Museum Bahari, Jakarta Utara, Jumat (6/12).

Foto: ANTARA/Lia Wanadriani

JAKARTA - Unit Pengelola (UP) Museum Kebaharian Jakarta kembali mengajak seniman untuk ikut andil dalam pameran yang menyuguhkan tidak hanya kata, namun juga karya seni demi memikat generasi muda.

Kepala UP Museum Kebaharian Jakarta, Mis'ari mengatakan keterlibatan seniman kali ini dalam pameran bertajuk "Membangun di Lahan Basah: Dari Gudang Barat hingga Museum Bahari 1652-1977".

"Kami coba menggandeng para seniman, para pekerja kreatif untuk bisa merespon tema dari pameran, kemudian menyuguhkan karya yang sesuai dengan konten pamerannya," kata dia di Museum Bahari, Jakarta Utara, Jumat.
Sebelumnya, pihaknya bekerja sama dengan seniman setelah pameran "Kapal Berjaya" pada Agustus-Oktober lalu serta satu pameran lainnya yang melibatkan seniman Jepang dan Taiwan.
Dalam pameran "Membangun di Lahan Basah: Dari Gudang Barat hingga Museum Bahari 1652-1977" yang resmi dibuka pada Jumat ini, pengunjung tak hanya disuguhkan informasi sejarah dalam bentuk kata-kata atau gambar, tetapi juga karya seni.

"Beberapa titik pameran itu ada karya cukil, yang dikemas dalam bentuk cetakan di layar putih atau kain putih. Itu adalah karya beberapa seniman yang ikut serta dalam pameran," kata dia.
Mis'ari mengatakan alasan melibatkan seniman dalam pameran salah satunya karena mereka mampu menyajikan karya yang cenderung disukai generasi muda masa kini.
"Karena seniman beda menyajikannya. Tidak sebatas kata-kata. Dengan ada sebuah sajian instalasi, mau tidak mau (pengunjung generasi muda), mencermati ini gambar apa dan mau foto. Kalau tidak ,10 menit mungkin mereka sudah keluar," jelas dia.
Secara umum, pameran terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama yang berjudul “di permukaan laut”, menampilkan arsip-arsip dan lukisan karya pelukis-pelukis kolonial tentang pemandangan Batavia dari arah laut dan kisah tentang awal mula pembentukan daratan pesisir utara Jakarta.
Lalu pada bagian kedua, berjudul “rempah-rempah dan infrastruktur hidrokolonial” menampilkan arsip-arsip tentang beragam upaya pembangunan infrastruktur pelabuhan untuk kepentingan perdagangan dan pertahanan kolonial, seperti syahbandar, galangan kapal, pelurusan kanal, benteng dan sebagainya.

Bagian ketiga berjudul “gudang dan kota di lahan basah”, menampilkan serangkaian arsip serta hasil dokumentasi arsitektur dan kawasan sekitar Museum Bahari yang dibuat oleh Pusat Dokumentasi Arsitektur dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Arsitektur Universitas Indonesia Angkatan 2023.
Pada bagian terakhir, berjudul “menjadi museum bahari”, menampilkan arsip foto kondisi Museum Bahari selepas kemerdekaan hingga masa awal menjadi museum
Adapun sejumlah seniman yang terlibat antara lain Arief Rachman (seniman grafis), Bagasworo (seniman video), Hauritsa (seniman visual) dan Yasmin Tri Aryani (ilustrator).
Pameran akan mulai dibuka untuk masyarakat umum mulai 7 Desember 2024 hingga 22 Juni 2025. Durasi pameran dibuat relatif lama agar lebih banyak orang bisa menikmatinya.
"Sengaja pameran ini kami selenggarakan hingga enam bulan ke depan, supaya ada banyak orang yang bisa menikmati konten pameran, InshaAllah menjadi jejak awal untuk menuju lima abad kota Jakarta," kata Mis'ari.

Dia berharap pameran tersebut banyak menginspirasi banyak pihak, menjadi bahan pembelajaran bagi berbagai kalangan termasuk generasi muda. Ant

Redaktur: -

Penulis: Deri Henriawan

Tag Terkait:

Bagikan: