Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengelolaan Anggaran | Realisasi PNBP pada Kuartal II dan III Berpotensi Turun

Defisit APBN 2023 Diprediksi di Bawah Target

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di bawah target yang ditetapkan sebesar 598,2 triliun rupiah atau 2,84 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Optimisme tersebut didukung perkiraan perbaikan penerimaan sebagai dampak pemulihan ekonomi pascapandemi.

"Defisit mungkin cukup jauh di bawah 2,8 persen dari PDB. Ini karena penerimaan kita cukup bagus," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, kepada wartawan seusai acara Arah Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Tahun 2024 di Jakarta, Rabu (31/5).

Dia menjelaskan target defisit APBN 2023 didesain ketika kondisi relatif konservatif. Sementara perkembangan ekonomi menunjukkan pergerakan yang positif. Karena itu, penerimaan negara masih memiliki momentum yang cukup bagus yang kemudian akan berdampak pada pengurangan defisit.

Namun, sambung dia, Kemenkeu akan tetap memastikan realisasi belanja tahun ini tidak berkurang atau tetap tersalurkan sesuai pagu yang telah ditentukan. Dia juga menjamin realisasi belanja akan tetap tumbuh positif. "Jadi, ini lebih kepada sisi penerimaannya yang akan relatif cukup bagus," ujar dia.

Febrio menambahkan pemerintah akan tetap waspada dalam menentukan kebijakan tahun ini lantaran perekonomian global masih dipenuhi kondisi ketidakpastian.

Sementara itu, pemerintah juga telah menetapkan target defisit APBN 2024. Dalam postur makro fiskal 2024, Kementerian Keuangan membidik defisit APBN 2024 sebesar 496,6-610,9 triliun rupiah atau sekitar 2,16 persen hingga 2,64 persen dari PDB.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan defisit 2024 akan diwujudkan seiring pendapatan negara yang ditargetkan meningkat di kisaran 11,08-12,38 persen dari PDB. Kemudian, belanja negara mencapai 13,97-15,01 persen dari PDB, serta keseimbangan primer yang bergerak menuju positif di kisaran defisit 0,43 persen, hingga surplus 0,00 persen dari PDB.

Sementara itu, rasio utang akan tetap terkendali dalam batas yang tetap bijak atau prudent di kisaran 38,07 persen hingga 38,97 persen dari PDB.

Simpanan Dana

Pada kesempatan sama, Ekonom David Sumual memprediksi defisit APBN 2023 lebih rendah dari perkiraan pemerintah, yakni sekitar 2,5 persen terhadap PDB. "Outlook defisit tahun ini bisa sekitar 2,5 persen dari PDB atau lebih rendah, karena dari sisi penerimaan masih cukup baik di kuartal I-2023," kata David.

Dia menambahkan pemerintah masih memiliki simpanan dana yang memadai dari realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun lalu. Namun, dia menduga realisasi PNBP pada kuartal II dan kuartal III tahun ini akan lebih rendah lantaran harga komoditas mulai melandai.

Meski demikian, perkiraan defisit APBN yang lebih rendah kemungkinan akan memancing investor, terutama investor asing. Sebab, defisit APBN yang rendah menunjukkan manajemen fiskal Indonesia lebih baik bila dibandingkan dengan negara-negara maju ketika pandemi.

"Sehingga terlihat dari sisi likuiditas maupun kebijakan fiskalnya terlalu ekspansif, dan kita lihat dampaknya ke inflasi mereka jauh lebih tinggi dari kita," ujarnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top