Selasa, 19 Nov 2024, 01:00 WIB

Debat Terakhir Masih Datar Saja

Debat Terakhir Pilkada Jakarta -- Calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil (kiri) dan Suswono (kanan) menyampaikan visi misi dalam debat ketiga Pilkada Jakarta, Minggu (17/11).

Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga

JAKARTA – Debat terakhir para calon pemimpin Jakarta dinilai tak ada gebrakan. “Semua masih standar alias datar-datar saja,” jelas pengamat infrastruktur dan tata kota, Yayat Supriatna, Senin (18/11).

Dia menilai beberapa jawaban pasangan calon gubernur dan wakil dalam debat pamungkas di Jakarta Pusat, Minggu (17/11) malam, kurang greget dan tidak memuaskan. “Debat terakhir mestinya menyentuh karena menyangkut sisi kehidupan warga Jakarta. Sebab temanya tentang perkotaan dan lingkungan hidup,” tutur Yayat.

Banyak persoalan paling mendasar tak tuntas. Sangat disayangkan ada kandidat yang dalam pernyataannya tidak substantif. “Bahkan menggeser isu-isunya ke hal yang sebetulnya tidak menjawab pertanyaan para panelis,” katanya.

Yayat juga menilai, jawaban yang dilontarkan pasangan calon (paslon) juga terdengar tidak memahami yang harus dilakukan dengan pertanyaan yang didapatkan. Menurut Yayat, dalam konteks adu gagasan, paslon nomor urut 1 dan paslon nomor urut 3, tingkat saling sindirnya kuat. Tetapi seharusnya dibuka suatu ruang inovasi gagasan yang membuat orang berani keluar dari zona nyamannya.

“Dalam debat-debat sebelumnya saya melihat para kandidat mencari zona nyaman semua. Mereka kurang berani. Tapi kalau terlalu keras mereka juga takut polling suara turun. Jadi semua cari aman,” tandasnya.

Namun, untuk debat terakhir, Yayat berpendapat para paslon lebih berani keluar dari zona nyaman. Mereka saling mengkritik terkait beberapa pertanyaan paslon lainnya.

KPU Jakarta menggelar debat ketiga sekaligus terakhir pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk Pilkada Jakarta 2024 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu malam. Tema yang diangkat dalam debat pamungkas adalah “Lingkungan Perkotaan dan Perubahan Iklim.” Masalah penanganan banjir, penataan permukiman hingga pengelolaan sampah masuk ruang lingkup atau subtema debat ketiga.

Subtema lainnya, penurunan emisi dan polusi udara, serta transisi energi terbarukan. Selanjutnya, ketersediaan air bersih, kota layak huni, dan penataan ruang terbuka hijau. Debat Pilkada Jakarta diikuti paslon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono, nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno.

Atasi Banjir

Sementara itu, dalam debat terakhir, tiga cawagubsempat menawarkan kebijakan untuk menangani banjir. Ada yang mau membangun waduk, mengusung konsep beton berpori, hingga normalisasi sungai. Ridwan Kamil-Suswono akan membangun waduk dan sumur resapan untuk mengatasi banjir.

“Saya kira memang perlu dibangun bendungan-bendungan atau waduk-waduk baru untuk menahan agar laju air tidak langsung ke Jakarta,” Suswono. Menurutnya, persoalan banjir harus diatasi dengan baik karena berdasarkan data BPBD 2024 kerugian potensi banjir mencapai 2,1 triliun.

Kun Wardana mengusung konsep sistem beton berpori untuk mengatasi banjir. Konsep tersebut memungkinkan pori-pori beton menyerap 600 liter air per meter persegi per menit. Juga perlu pembangunan kolam pipi monyet.

Menurut Rano Karno pembangunan waduk dan normalisasi sungai penting untuk menangani banjir. Banjir kiriman dicegah dengan membangun waduk. Lalu menormalisasi sungai agar lancar. Sedangkan terakit genangan drainase akan disiapkan pasukan oranye dan membangun sarana utilitas terpadu agar kabel tidak menumpuk di drainase.

“Kemudian secara nyata, banjir akan jadi salah satu prioritas APBD 2025. Normalisasi sungai harus segera diselesaikan,” jelas Rano. Penanganan banjir jadi salah satu subtema debat ketiga. Banjir menjadi salah satu tantangan utama Jakarta.

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Aloysius Widiyatmaka, Antara

Tag Terkait:

Bagikan: