Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyebaran Tumbuhan

David Fairchild, Ahli Botani yang Memperkenalkan Tanaman Indonesia

Foto : florida international university

Ahli Botani David Fairchild.

A   A   A   Pengaturan Font

Saat bertemu naturalis Alfred Russel Wallace, ahli botani David Fairchild amat terpesona dengan cerita tentang kekayaan tanaman alam Indonesia. Atas bantuan seorang jutawan, ia berhasil ke Jawa lalu mengenalkan apa yang diperoleh ke Amerika Serikat yang mengubah kebiasaan makan berbagai bangsa di dunia.

Ahli botani David Fairchild adalah orang yang dianggap berhasil memperkenalkan lebih dari 110.000 varietas tanaman ke Amerika Serikat (AS). Setelah melakukan perjalanan keliling dunia selama bertahun-tahun, ia amat berjasa karena telah mengirimkan berbagai tanaman kepada orang lain yang berada dalam dinas pemerintah.

Tanaman yang dikirim berupa sayuran, biji-bijian, dan buah-buahan. Beberapa di antaranya yang berhasil ditanam di dunia baru adalah varietas kapas, mangga, alpukat, serta varietas padi dan biji-bijian yang terbukti lebih bergizi dibandingkan varietas asli. Apa yang dilakukannya bahkan telah memperkaya kebiasaan makan negara-negara yang kini menjadi bagian dari AS.

Fairchild dibesarkan di kampus perguruan tinggi pertanian di Michigan dan Kansas karena ia adalah putra seorang rektor perguruan tinggi. Ia kemudian dilatih sebagai ahli botani dan juga bekerja sebagai asisten tukang kayu.

Ketika seorang naturalis Inggris bernama Alfred Russel Wallace datang untuk memberikan ceramah, dengan menginap di rumah Fairchild, Wallace bercerita tentang bambu raksasa, pohon kelapa, anggrek, dan pantai karang putih di Jawa, tempat orang-orang hidup dengan buah-buahan yang lezat dan berwarna-warni.

Atas cerita Wallace, Fairchild menjadi terpesona. "Betapa inginnya aku pergi ke Jawa," ungkap dia dikutip oleh Lex Veldhoen dalam tulisannya di laman Historiek.

Pamannya, Byron Halsted, seorang ahli botani yang memiliki laboratorium sendiri, mengenalkan Fairchild pada jamur melalui kaca pembesar pada usia sepuluh tahun. Melalui pamannya ini, Fairchild mendapat pekerjaan di departemen penyakit tanaman Kementerian Pertanian di kota metropolitan Washington. Pada tahun 1893, ia kemudian bekerja di stan penyakit tanaman di Pameran Dunia Chicago. Di sana ia melihat lampu listrik, contoh arsitektur yang indah, dan segala jenis mesin revolusioner untuk pertama kalinya.

Fairchild kemudian menerima tawaran bekerja di Institut Smithsonian di Stasiun Zoologi Napoli. Dalam perjalanannya di atas kapal, ia bertemu dengan jutawan Barbour Lathrop, yang telah berkeliling dunia delapan belas kali dan jutawan itu bercerita tentang Hindia Belanda.

Beberapa pekan kemudian ketika Fairchild sedang mengintip melalui lensa di laboratorium, Lathrop tiba-tiba berdiri di depannya: "Di kapal kamu bilang ingin pergi ke Jawa. Apakah kamu sudah menyerah pada gagasan itu?"

"Tidak," jawab Fairchild yang terkejut, "Tapi itu tidak mungkin karena saya tidak punya uang," kata dia. "Ok, saya memutuskan untuk memberi Anda seribu dollar untuk pergi ke Jawa dan dengan itu cara saya menginvestasikan uang dalam sains," jawab Lathrop.

Bantuan ini menandai perubahan besar dalam hidup Fairchild. Ia merasa berkewajiban untuk mempersiapkan perjalanan dengan baik dan melakukan perjalanan selama dua tahun dari Breslau, melalui Berlin, dan Munster ke Bonn untuk mempelajari budidaya tanaman tropis di sana.

Pada periode yang sama, kementerian memintanya melakukan perjalanan ke Corsica untuk mengirim tunas lemon. Sesampainya di sana, dia diintimidasi dan ditahan oleh polisi yang mencurigakan. Polisi ini mencurigai Fairchild sebagai mata-mata, namun ia segera dibebaskan.

Fairchild kemudian berhasil mengumpulkan tunas di tempat lain di pulau itu dan memasukkan setiap tunas secara terpisah ke dalam kentang mentah agar tetap lembab, yang ternyata merupakan metode yang bagus. Peristiwa ini merupakan misi pertamanya sebagai penemu tumbuhan.

Budidaya Tanaman Eksotik

Sementara itu Fairchild telah bertemu dengan Dr Melchior Treub, seorang ahli botani berkebangsaan Belanda yang menjadi Direktur Kebun Raya Bogor dari tahun 1880 hingga 1909, tempat ia ingin melakukan penelitian di Hindia Belanda. Fairchild dapat melakukan perjalanan bersamanya ke Jawa dan dengan cepat menyelesaikan tesis doktoralnya.

"Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merasa puas sebelum melihat keajaiban daerah tropis," tulis Fairchild dalam bukunya yang berjudul The World was my Garden, Travels of a Plant Explorer.

Di Jawa, Fairchild akhirnya bisa melihat pohon bambu yang melengkung, tanaman menyerupai reptil raksasa, dan pohon palem dengan rangkaian bunga berwarna krem. Ia juga menemukan buah favoritnya di sana yaitu manggis yang ia gambarkan rasanya seperti persilangan antara nanas, aprikot, dan jeruk tetapi lebih lembut dari ketiga buah tersebut.

Lathrop kemudian menjemput Fairchild di Jawa. Di atas kapal menuju Sumatra, jutawan itu mengusulkan agar Fairchild mendedikasikan diri untuk menyebarkan tanaman tropis di dunia Barat.

Setelah empat tahun mengembara, Fairchild kembali ke Washington pada Agustus 1897, tanpa pekerjaan atau uang, tetapi dengan misi yakni meyakinkan kementerian untuk memulai program pengenalan budidaya tanaman eksotik.

Misi Fairchild disetujui oleh kementerian dan Fairchild sendiri menjadi kepala bagian pengenalan tanaman asing. Fairchild pun kemudian mengirim teman sekelasnya yang bernama Mark Carlton ke Russia untuk mencari gandum bergizi yang tahan musim dingin dan tahan terhadap kekeringan. Ini menjadi salah satu biji-bijian terpenting di AS dan terbukti menjadi bahan propaganda yang baik untuk pengenalan tanaman.

Lathrop pun kembali muncul ke hadapan Fairchild dan ia meminta Fairchild untuk mengunjungi Amerika selatan, India, atau Afrika selatan. Fairchild tidak bisa menolak tawaran itu. Perjalanan terbarunya pun berlangsung selama dua tahun dan membawanya ke Kepulauan Karibia, pantai barat Amerika selatan, Panama, dan melintasi Andes dengan keledai. Lalu ke Eropa, Mesir, Filipina, dan Tiongkok.

Selama perjalanan ini, Fairchild menemukan anggur tanpa biji (Padua), pomelo (Bangkok), lobak pedas (Carlsbad), kastanye air (Tiongkok) dan mengumpulkan tanaman kapas (Mesir). Dia secara teratur mempekerjakan anak-anak muda untuk makan sekeranjang buah-buahan, mengeringkan biji-bijian dan mengirim mereka untuk dibersihkan.

Ketika menemukan durian di pasar Jawa, ia mengira itu adalah durian termanis dan ternikmat yang pernah dicicipi. Lathrop pun berkata agar Fairchild memperkenalkan buah itu ke AS.

Setelah kembali ke Washington, Fairchild pergi ke Jerman untuk pelayanan guna mencari varietas malt dan hop yang baik. Setelah setahun, Fairchild kembali dan Lathrop mengundangnya lagi untuk pergi ke Tiongkok dan pihak kementerian dengan senang hati mengizinkannya pergi dengan alasan bahwa ketika Fairchild kembali pasti akan membawa sesuatu yang berharga dan pihak pemerintah tidak mengeluarkan biaya sepeser pun.

Sementara itu, tanaman kapas dan kurma yang dibawa Fairchild tumbuh dengan baik di AS. Namun usahanya memperkenalkan tanaman eksotik mendapat penolakan akibat kekhawatiran adanya perpindahan serangga perusak dan juga risiko hama penyakit. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top