Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Daur Ulang Sampah Kantong Plastik, Berdayakan Keluarga Prasejahtera di Pesisir Makassar

Foto : Istimewa

Founder & CEO Rappo Indonesia, Akmal Idrus memperlihatkan produk tas berbahan daur ulang kantong plastik saat Festival Kejar Mimpi Actionation 2023 yang diselenggarakan CIMB Niaga di Pos Bloc, Jakarta, Sabtu (11/11).

A   A   A   Pengaturan Font

BERAWAL dari keresahan akan pengelolaan sampah kantong plastik, Akmal Idrus, Founder & CEO Rappo Indonesia makin tertarik untuk melakukan riset bagaimana mendaur ulang agar bisa menjadi produk yang bermanfaat dan memberi nilai tambah, baik bagi lingkungan, maupun masyarakat khususnya kaum perempuan.

Hal itu dipadukan oleh lajang berusia 30 tahun asal Makassar itu dengan bekalnya yang senang terlibat dalam komunitas sosial. Ide untuk mengubah keresahannya pun datang bersamaan dengan masa pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Dari situlah lahir "Rappo" yang secara filosofi dalam bahasa Bugis-Makassar artinya buah.

"Jadi apa yang kita lakukan dengan sampah kantong plastik melalui kolaborasi dengan kaum perempuan akan membuahkan hasil," kata Akmal kepada Koran Jakarta, disela-sela Festival Kejar Mimpi Actionation 2023 yang diselenggarakan CIMB Niaga di Pos Bloc, Jakarta, Sabtu (11/11).

Kebetulan, filosofi itu cocok dengan kerajinan tas produksi Rappo yang full colour seperti buah yang memiliki keanekaragaman warna, segar dan sesuai selera anak muda.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang pernah jadi jurnalis itu menceritakan awal keresahannya yang dia temukan di lapangan. Terutama, sampah kantong plastik yang paling banyak berserakan dan dominan mencemari lingkungan. Sampah dari kantong plastik terang Akmal sangat tidak memiliki nilai ekonomis, hanya dihargai 250 rupiah per lembar setelah dipress. Berbeda dengan sampah lain seperti botol plastik, kertas dan kardus yang sudah banyak ditampung oleh pengepul.

"Dari situlah niatnya, sehingga Rappo itu produk bahan dasarnya dari hasil daur ulang sampah kantong plastik. Kenapa terinspirasi membuat tas dan menyasar kaum Kartini, karena di Makassar itu, di lorong-lorong (gang kecil-red), ibu-ibu memiliki kebiasaan membuat tas dari sampah plastik," kenang Akmal.

Sayangnya, produk yang mereka buat itu hanya digunakan sesaat, karena desainnya tidak menarik, dan pada akhirnya pasti akan jadi sampah juga.

"Saya dari awal berharap bagaimana sampah kantong plastik jadi produk recycle tapi bermanfaat dan dipakai, bukan hanya sekedar produk kerajinan yang orang beli karena kasihan, tapi memang karena bermanfaat dan punya nilai (value) yang tinggi," jelasnya.

Sebagai leader Komunitas Kejar Mimpi di Makassar, Akmal yang dua kali menjadi juara Community Link CIMB Niaga makin termotivasi melakukan riset melalui Google, mencari berbagai referensi dan literatur, hingga turun langsung ke mal-mal. Bukan untuk belanja, tetapi mengamati secara detail, model, bahan dasar tas, cara menjahit dan kerapiannya.

Setelah riset, lalu trial and error bermodal tabungan sendiri selama setahun, akhirnya membuahkan hasil. Sampah kantong plastik, ketika dipress dengan tekanan tertentu ternyata bisa menghasilkan lembaran yang mirip dengan kulit.

"Dari situ muncul ide ternyata bisa dibuat tas. Kita coba-coba waktu itu ternyata jadi," kisah Akmal.

Dia pun berani merealisasikan keresahannya, dan mulai membuat tas tepatnya pada 20 Juni 2020. Untuk memulai jelasnya bukan perkara mudah. Setelah ketemu bahan dasarnya, alat yang digunakan masih seadanya. Kalau sekarang dalam berproduksi sudah didukung mesin, dulu masih memakai setrika.

Apalagi, dia juga belum punya penjahit, jadi harus keliling di Makassar mencari penjahit yang mau menjahit lembaran limbah plastik yang sudah dipress.

Dengan proses yang lama dan hasilnya tidak instant, dalam perjalanannya sempat terbersit keraguan dengan investasi waktu yang dia berikan itu. Apakah, bisa berdampak positif bagi kehidupannya, komunitas dan masyarakat.

"Apalagi background saya sebagai Sarjana Hukum dan lama berprofesi sebagai jurnalis, sekarang harus jadi penjual tas. Cuma saya selalu berkomitmen bahwa kalau tidak menggadaikan sesuatu, kita tidak akan menghasilkan sesuatu. Kita berani dulu at least, kita sudah coba cari pondasinya, tinggal berjuang dan menunggu hasilnya sukses atau tidak," kata Akmal bersemangat.

Dengan pembekalan soft skill development tentang bisnis di Komunitas Kejar Mimpi, Akmal terus membangun bisnis sosial yang berbasis kepedulian pada lingkungan dan masyarakat pesisir.

Brand Dikenal Dunia

Akmal percaya, bisnis daur ulang itu harus sustainable. Maka, sangat penting untuk membenahi desain produk agar tampilan produknya lebih dinamis sehingga tetap diterima pasar.

"Untuk desain, learning by process, dari situ saya belajar ternyata, apa yang bisa kita lakukan bisa lebih dari yang kita pikirkan. Ketika kita mau belajar pasti dapat sesuatu yang lebih, utamanya ilmu," katanya.

Selain desain, dia terus melakukan market research dan memperluas pemasarannya, baik melalui kanal distribusi digital (on line) maupun off line. Produk Rappo kini dipasarkan di dua e-commerce yaitu Tokopedia dan Shopee, sedangkan toko offline dibuka di beberapa kota besar seperti, Jakarta, Bali dan Makassar.

Selain di Makassar, Rappo pun kini membuka cabang produksi di Depok sehingga distribusi produknya sudah menjangkau seluruh Indonesia, bahkan sekarang sudah mulai merambah pasar negara tetangga setelah menerima permintaan dari rekanannya di Malaysia dan Singapura.

"Kita target ke depan memperluas pasar bukan hanya di Indonesia karena kita mau sebagai produk lokal yang mindset tidak lokal lagi, tetapi jadi brand nasional yang mendunia," katanya.

Dalam sebulan, Rappo khusus untuk area Makassar sudah mampu memproduksi 2.150 buah tas dengan 17 jenis produk semuanya dari daur ulang.

Seiring dengan kemajuan usaha Rappo, karyawan di bisang keuangan dan marketingnya di Makassar dan Depok sudah mencapai 20 orang anak muda. Sedangkan, penjahit yang sudah dilatih menjadi mitra atau beneficearis sebanyak 13 kaum perempuan di Makassar dan 12 orang di Depok atau total 25 mitra.

"Mitra di Makassar itu berbeda dengan Depok. Rappo kan komitmennya memberdayakan para perempuan. Di Makassar karakteristiknya pada perempuan prasejahtera di kawasan pesisir. Kalau di Depok, perempuan urban prasejahtera, jadi memang mereka di permukiman pra sejahtera, jelas Akmal.

Selain mitra, pemberdayaan kaum perempuan pesisir di Makassar juga dilibatkan saat pengumpulan bahan baku sampah kantong plastik. Dalam pengumpulannya ada tiga macam yaitu donasi kantong plastik, kemudian tukar kantong plastik dan terakhir mengumpulkan langsung sampah ke usaha-usaha laundry.

Untuk tukar kantong plastik itu, ibu-ibu yang mengumpulkan akan diberi poin dan akumulasi poin itu bisa ditukar dengan kebutuhan sehari-hari. Jumlahnya pun mencapai puluhan orang.

Kunci Sukses

Dalam menjalankan bisnis sosial berbasis lingkungan agar tetap berkelanjutan, Akmal pun menekankan kemampuan inovasi produk. Dia tidak memaksakan semua materialnya harus kantong plastik, karena juga harus melihat demand-nya dari sisi penjualan.

"Jangan sampai memaksakan menyerap semua materialnya dari kantong plastik, tetapi ternyata tidak terserap di pasaran. Jadi kita harus menyeimbangkan antara impact lingkungannya dan bisnisnya harus tumbuh," terang Akmal.

Banyak usaha sosial jelas Akmal yang gagal, karena terlalu fokus pada impact, sehingga perputaran uang mereka susah dan tidak berkelanjutan.

Kini, produk Rappo sudah dikenal luas salah satunya karena dipasarkan secara busines to business. Bahkan, dalam beberapa event-event nasional dipilih sebagai souvenir seperti saatRapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) ke XVI pada Juli 2023 lalu di Makassar.

Rappo pun tambah Akmal meraih prestasi sebagai Juara 4 dalam lomba Social Busineess Community yang digelar Kementerian Keuangan. Saat penganugerahan pemenang dihadiri langsung Presiden Joko Widodo.

Dengan keberhasilan memberdayakan kaum Kartini di pesisir Kota Makassar, mengantar Akmal sebagai pendiri Rappo mendapat undangan dan beasiswa LPDP dari Kemenkeu berupa short course ke luar negeri pada Februari 2024 mendatang.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top