Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dampak Buruk Gawai

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Gawai atau gadget menjadi salah satu perangkat yang hampir dimiliki semua orang akhir-akhir ini. Di tengah kemajuan teknologi yang ada sekarang ini, gawai memang bisa mempermudah berbagai aktivitas manusia.

Gawai dipahami sebagai suatu peranti atau instrumen atau alat yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya. Di dalam benda yang disebut gawai terdapat inovasi atau kebaruan yang terus-menerus dilakukan oleh pihak industri.

Lebih sederhananya, publik memahami dan mengenal gawai itu adalah handphone atau smartphone (telepon cerdas). Gawai masa kini umumnya menggabungkan fitur dari perangkat mobile populer, seperti asisten pribadi digital (PDA), media player, unit navigasi GPS, dan kamera digital menjadi sebuah perangkat pintar. Pada umumnya, sebuah smartphone dapat mengakses internet dan dapat menjalankan aplikasi pihak ketiga.

Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa gawai juga memiliki dampak negatif, terutama jika digunakan bagi mereka yang masih anak-anak. Apa pasal, karena bukan tidak mungkin gawai memberikan dampak negatif, di antaranya daya nalar hingga perkembangan motorik yang kurang, anak-anak cenderung asyik untuk menghabiskan dunianya sendiri yaitu di dunia maya. Bahayanya lagi, anak-anak tidak bisa berteori, tidak bisa berpikir kritis, bahkan sulit untuk memecahkan masalah.

Kini, candu teknologi, media sosial, dan gawai telah menjadi perhatian banyak pihak. Betapa tidak, karena pengaruhnya lebih banyak buruk daripada baik. Dengan kata lain, keberadaan gawai banyak memberikan efek sampingan yang kalau tidak dikendalikan dan dikelola akan membawa malapetaka yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, untuk menangkal dampak buruk dari teknologi dan media sosial, penggunaan gawai di kalangan anak-anak harus dibatasi. Sebab, dampak buruk penggunaan gawai pada anak adalah anak tidak bisa mengembangkan pola pikir yang teoritis dan kritis. Daya nalar anak-anak akan berkurang karena terbiasa mengunduh materi dari internet.

Kita pun prihatin melihat perpustakaan sekolah dan universitas yang sepi karena tidak banyak siswa dan mahasiswa yang memanfaatkannya untuk membaca buku. Padahal, penggunaan buku lebih utama dalam mencari bahan pustaka daripada internet, apalagi melihat dampak buruk yang ditimbulkan dari radiasi yang dikeluarkan gawai.

Kita berharap pemerintah segera bertindak dengan mengeluarkan peraturan yang melindungi anak-anak dari pengaruh gawai. Kita bisa berkaca dari negara-negara maju yang sudah membatasi penggunaan gawai oleh anak-anak, bahkan melalui peraturan pemerintahnya.

Di Australia, misalnya, kini kembali menggunakan telepon rumah dan membatasi penggunaan gawai. Para penemu teknologi dan media sosial, yang menciptakan gawai pun, juga membatasi anak-anaknya dalam menggunakan barang-barang ciptaannya.

Prancis sudah lama melarang penggunaan handphone di sekolah. Malah, Prancis akan memberlakukan larangan penggunaan perangkat pintar di sekolah mulai September mendatang. Intinya, siswa di Prancis akan diminta meninggalkan perangkat di rumah atau mematikannya saat di sekolah. Bukan tanpa alasan aturan penggunaan gawai di kalangan anak-anak diberlakukan. Sebab, kita sendiri menyaksikan betapa perangkat pintar telah memicu kebergantungan yang parah bagi murid sekolah.

Fenomena kecanduan terhadap layar dan penggunaan ponsel yang semakin memburuk itu mesti diatasi. Peran yang harus kita lakukan adalah melindungi anak-anak dan remaja dari hal itu. Ini adalah peran mendasar dari pendidik, pembuat undang-undang, dan pemerintah.

Komentar

Komentar
()

Top