Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cut Tari-Luna Tetap Tersangka

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sangat tepat karena menolak praperadilan atas status tersangka Luna Maya dan Cut Tari yang terlibat kasus pornografi dengan Ariel, meski alasannya belum ada Surat Penghentian Penyidikan Perkara (SP3) kepolisian. Sebaiknya, kepolisian tidak mengeluarkan SP3 atas kasus ini agar menjadi pelajaran bagi khalayak di luar dua artis itu. Tentu agar orang-orang populer lebih berhati-hati dalam menjaga kesucian tubuh mereka.

Sebab sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat memiliki pandangan dunia gemerlap dekat sekali dengan "seks bebas". Tentu tidak semua berlaku seperti itu. Selalu ada saja yang benar-benar mampu menjadi kesucian diri. Hanya, begitulah kebanyak masyarakat dalam memandang dunia gemerlap.

Meski para pelaku ada yang menyangkal video porno delapan tahun lalu itu, mudah bagi polisi untuk membuktikan. Polisi tinggal mengecek silang dengan Ariel yang telah menjalani pidana. Untuk itu, polisi sebaiknya segera melanjutkan kasus yang sangat tidak pantas tersebut. Terlepas diakui atau tidak, memvideokan tindakan asusila- siapa pun pelakunya - sangat tidak bermoral. Tambah lagi, video tersebut sampai tersebar luas.

Tindakan asusila (berhubungan intim tidak dalam status suami-istri) saja sudah tidak benar. Tambah lagi divideokan, dan akhirnya tersebar ke khalayak. "Dosa" berikut adalah tindakan itu dilakukan orang-orang terkenal, figur publik, yang seharusnya memberi contoh dan teladan kesucian dalam menjaga diri (tidak melakukan hubungan yang hanya boleh dilakukan suami-istri).

Namun yang dipertontonkan kepada masyarakat justru kontraproduktif, suguhan yang tidak terpuji. Mereka beruntung karena masyarakat Indonesia ini mudah melupakan cemoohan dan permisif pada keburukan. Maka, tak heran setelah beberapa waktu lewat, mediamedia cetak dan televisi-televisi kembali menggunakan mereka untuk berbagai produk (siaran). Televisi dan juga berbagai perhelatan lain yang menggunakan jasa mereka, seakan tidak melihat artis lain, sehingga harus memakai jasa dua artis tersebut.

Di saat bangsa kekeringan teladan hidup suci, maka kasus tersebut sebenarnya tambah memperburuk situasi. Polisi harus segera menuntaskan kasus ini, sehingga benar-benar terbukti siapa salah dan siapa benar. Memang dari video yang beredar, rasanya sulit kedua artis tersebut untuk menyangkal bahwa mereka bukan pelaku. Namun itu hak mereka (hanya satu yang terus menyangkal) harus dihormati juga. Polisi sudah jauh lebih canggih kalau hanya membuktikan kasus seperti itu. Misalnya, seperti yang telah disampaikan di atas, tinggal crosscheck dengan Ariel atau para ahli video.

Mestinya, televisi dan berbagai hajatan memperhatikan juga perasaan masyarakat yang telah "dilukai" dengan adanya video asusila tersebut. Caranya, dengan tidak menampilkan para pelaku di layar kaca. Tidak hanya untuk kasus ini, tetapi juga terhadap para artis yang menggunakan narkoba atau terlibat kejahatan. Media massa harus lebih menampilkan sosok-sosok yang bisa menjadi teladan dalam bertindak.

Sebab, generasi sekarang di satu sisi amat membutuhkan panutan. Namun di sisi lain, mereka justru kekurangan panutan. Situasi inilah yang mesti diperhatikan media massa baik cetak maupun elektronik, juga event organizers. Gunakan jasa mereka yang dinilai pantas secara rasa dan bersih dari berbagai gosip asusila atau tindakan negatif lain seperti narkoba.

Komentar

Komentar
()

Top