Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cerita Sejarah, Begini Cara Pak Harto Mengekspresikan Kemarahannya

Foto : Istimewa

Pak Harto, Presiden yang dijuluki The Smiling General.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA -Mendiang mantan Presiden kedua RI, Soeharto atau biasa dikenal dengan panggilan Pak Harto, punya julukan tenar The Smilling General. Ya, Pak Harto memang dalam setiap kesempatan, tak pernah lepas dari senyuman.

Tidak ada raut angker yang diperlihatkan Pak Harto ketika berhadapan dengan publik. Selalu tersenyum. Tapi, di era ia berkuasa, banyak yang menilai Pak Harto memerintah dengan otoriter. Pendekatan keamanan demi menjadi stabilitas menjadi gayanya berkuasa. Maka praktis, kebebasan bersuara nyaris tak ada di zaman Pak Harto berkuasa.

Walau dikenal banyak senyum dan berwajah ramah, Pak Harto punya cara tersendiri dalam mengekspresikan kemarahannya. Tidak to the point, misal menegur atau yang lebih kentara dengan cara gebrak meja. Marahnya Pak Harto, diperlihatkan nyaris tak kentara. Sangat halus.

Almarhum Adnan Buyung Nasution, pengacara senior yang juga pendiri Yayasan Bantuan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI), pernah merasakan situasi saat Pak Harto murka. Saat masih menjadi Kepala Humas di Kejaksaan Agung, Buyung pernah datang ke Istana bertemu dengan Pak Harto, yang ketika itu sudah jadi Presiden RI.

Saat pertemuan itulah, Buyung, tanpa tedeng aling-aling mengeluarkan unek-uneknya tentang sepak terjangnya para jenderal 'nakal' yang banyak berkongkalikong dan melakukan korupsi. Ia to the point, meminta Pak Harto menyeret para jenderal 'nakal' itu ke pengadilan.

Tidak ada reaksi berupa pernyataan dari Pak Harto, mendengar unek-unek Buyung. Pak Harto hanya diam saja mendengar itu. Tapi, setelah dengar itu, Pak Harto meninggalkan ruangan pertemuan tanpa bicara sedikit pun.

Pasca pertemuan itu, karir Buyung yang tengah moncer itu langsung mandek. Buyung 'dibuang' ke daerah. Tapi Buyung menolak dan lebih memilih berhenti berkarir di kejaksaan alias pensiun dini. Ia banting setir, tak lagi jadi aparat negara. Buyung pun kemudian memilih jadi pengacara partikelir hingga kemudian mendirikan YLBHI, lembaga bantuan hukum yang legendaris itu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top