Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 03 Jan 2025, 00:00 WIB

Celios: Enam Sektor Perindustrian Tumbuh Pesat pada 2025

Direktur Celios Bhima Yudhistira Adhinegara

Foto: antara

JAKARTA – Kinerja industri dalam negeri tahun lalu cukup tangguh dalam menghadapi dinamika politik dan ekonomi global. Tren positif tersebut diharapkan berlanjut tahun depan, terutama sejumlah sektor tertentu.

Center of Economic and Law Studies (Celios) memproyeksikan setidaknya ada enam sektor perindustrian di Indonesia yang berpotensi tumbuh dengan pesat pada 2025. Sektor tersebut adalah industri berteknologi tinggi untuk komponen energi terbarukan; semikonduktor; tekstil; suku cadang kendaraan bermotor; besi-baja; serta hilirisasi di sektor perikanan dan pertanian.

Direktur Celios Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan untuk industri berteknologi tinggi yang diperuntukkan sebagai komponen energi terbarukan, berpotensi melejit mengingat adanya komitmen dari Presiden Prabowo Subianto membangun elektrifikasi bersih berdaya 75 gigawatt (GW) hingga 2040. "Peluang industri berteknologi tinggi misalnya untuk baterai penyimpanan energi (energy saving storage), serta komponen panel surya, pembangkit angin, dan air," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Kamis (2/1).

Dia mengatakan semakin cepat pemerintah menargetkan untuk memiliki elektrifikasi bersih, maka hal tersebut mesti sebanding dengan kesiapan rantai pasok industri dalam negeri, sehingga hal ini turut berpotensi menciptakan investasi di berbagai industri turunan baru.

Bhima mengatakan, untuk industri semikonduktor, tekstil pakaian jadi, suku cadang kendaraan bermotor, dan industri besi-baja berpotensi meningkat karena adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Menurut dia, persaingan bisnis kedua negara adidaya itu bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menarik investasi dari produsen yang menghindari kenaikan tarif.

"Pabrik yang menghindari kenaikan tarif biasanya mendekati asal bahan baku atau mendekati ke pasar potensial. Indonesia memenuhi kriteria dua-duanya, kaya bahan baku sekaligus pasar yang potensial," katanya.

Sementara, hilirisasi produk perikanan dan pertanian berpotensi besar menjadi motor ekonomi di 2025, karena adanya isu pangan baik untuk pemenuhan program makan bergizi gratis (MBG), serta tingginya kebutuhan domestik dan ekspor.

Kembali Ekspansif

Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Desember lalu, berdasarkan laporan S&P Global berada di fase ekspansif, yakni 51,2 poin setelah lima bulan beruntun terkontraksi atau di bawah 50. Hal itu merupakan bukti industri domestik memiliki ketangguhan dalam menghadapi dinamika politik dan ekonomi global.

"PMI manufaktur yang ekspansif ini sekaligus menandakan bahwa kepercayaan diri dan optimisme dari pelaku industri kita masih cukup tinggi. Hal ini turut didukung adanya kenaikan volume produksi dan pesanan baru," kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (2/1).

Dari data S&P Global, PMI manufaktur Indonesia pada Desember 2024 mampu melampaui PMI manufaktur Tiongkok sebesar 50,5 poin, Jerman sebesar 42,5 poin, Rusia sebesar 50,8 poin, Inggris sebesar 47,3 poin, AS sebesar 48,3 poin, Jepang sebesar 49,5 poin, Korea Selatan sebesar 49,0 poin, Vietnam sebesar 49,8 poin, Malaysia sebesar 48,6 poin, dan Myanmar sebesar 50,4 poin.

Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, perekonomian manufaktur Indonesia pada akhir 2024 menunjukkan catatan positif. Menurut Paul, banyak perusahaan industri yang berharap kenaikan produksi pada tahun mendatang, karena kondisi makro ekonomi stabil.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.