Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Think Before You Share

Cegah Konten Negatif Cara Facebook

Foto : koran jakarta /imantoko
A   A   A   Pengaturan Font

Facebook selalu menjadi wadah online yang kerap dimanfaatkan segelintir orang untuk mewujudkan niat jahatnya. Upaya yang sarat kepentingan ini sengaja dibentuk dan digulirkan ke ranah daring berwujud hoax ataupun konten negatif lainnya.

Pada musim gugur tahun lalu, Mark Zuckerberg, bos Facebook mengumumkan langkah-langkah yang akan diambil platform-nya untuk melindungi kegiatan Pemilu dari berbagai kemungkinan kecurangan dan eksploitasi pada platform Facebook.

Langkah ini diambil guna mengantisipasi kecurangan pemilu dalam bentuk apapun yang pernah terjadi di Facebook pada masa pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016, yang menurutCambdridge Analyticatak kurang dari 50 juta pengguna Facebook secara illegal membantu tim kampanye untuk memenangkan Donald Trump.

Kejadian itu pun seperti menjadi tamparan keras bagi Zuckerberg. Dalam sebuah wawancaranya dengan kantor beritaCNN,dirinya tak menampik platform gubahannya itu telah menciptakan pelanggaran besar atas kepercayaan yang diberikan pengguna kepada Facebook.

"Kami meminta maaf atas apa yang terjadi, kami punya tanggung jawab untuk melindungi data pengguna. Jika kami gagal melindungi data pengguna, maka kami tak layak untuk melayani pengguna," kata Zuckerberg.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa tak terulang kembali, Zuckerberg bersama tim berupaya melindungi kegiatan Pemilu dari berbagai kemungkinan kecurangan dan eksploitasi platform-nya. Dalam sebuah keterangan resmi yang diterimaKoran Jakarta, VP of Product Management Facebook, Guy Rosen menceritakan Pemilu Amerika Serikat pada 2016 memang cukup menggemparkan, khususnya di platform Facebook. Banyak pemain asing yang mencoba mengacaukan integritas dari proses pemilihan, dan berhasil menciptakan rasa takut, ketidakpastian ataupun keraguan di kalangan masyarakat Amerika.

Untuk menumpas hal itu Rosen mengungkap langkah yang diambil Facebook ke depan sesegera mungkin ialah pertama memberantas campur tangan pihak asing, kemudian menghapus akun-akun palsu yang tersebar di platform-nya. "Facebook juga harus meningkatkan transparansi iklan, terakhir Facebook terus mengurangi maraknya penyebaran berita palsu alias hoax," terang Rosen.

Kemudian Tessa Lyons selaku Produck Manager Facebook juga mengungkapkan salah satu strategi yang akan diambil platform sosial media yang identik berwarna biru ini ialah menangani berita palsu. "Ini kami lakukan dengan melakukan kemitraan kami dengan organisasiThird Party Fact Checking, dari cara ini kami melihat adanya kemajuan besar dalam upaya membasmi penyebaran artikel yang dianggap palsu oleh pemeriksa fakta, dan kami pun sedang memperluas upaya tersebut," terangnya.

Cara kerja kemitraan ini ialah dengan melakukan prediksi atas berita yang kemungkinan palsu untuk ditinjau oleh pemeriksa fakta. Ketika pemeriksa fakta menyatakan sebuah postingan itu palsu, secara otomatis akan dikurangi distribusinya dinews Feedsecara signifikan, diklaim Facebook konten bermuatan negatif tersebut akan terlihat oleh pengguna di masa depan hanya 80 persen dan akan sulit untuk diakses kembali.

"Dan yang terpenting bagi seseorang yang menemukan berita tersebut, mereka akan menerima sekaligus informasi lebih mendalam mengenai hasil tinjauan dari pemeriksa fakta di bagian artikel terkait. Hal ini juga berguna untuk mengembangkan modelmachine learning kami agar dapat menangkap postingan yang berpotensi menjadi berita palsu," ungkap Tessa.

Sambangi Indonesia

StrategiThird Party Fact Checkingyang digulirkan Facebook merupakan salah satu program andalan dan terhitung cukup agresif diterapkan di banyak negara, untuk mendorong penerapannya. Facebook secara resmi memasukan strategi ini ke Indonesia, sekaligus program perdana di wilayah Asia Pasifik. Strategi ini sebelumnya telah hadir di Amerika Serikat, Italia, dan Meksiko dan lain sebagainya.

Menurut data Facebook saat ini ada sekitar 115 juta pengguna di Indonesia yang setiap bulannya memakai jasa mereka. Jumlah ini cukup besar sehingga mereka merasa perlu membuat sejumlah langkah meminimalisasi penyebaran berita palsu, kabar hoax dan disinformasi lainnya.

Dengan menggandeng Tirto.id sebagaiThird Party Fact Checker,Facebook optimistis dapat meluruskan berita hoax yang kencang beredar di ranah dunia maya. "Kami berkomitmen untuk membangun komunitas dengan penyajian informasi yang lengkap dan menjaga keaslian identitas di platform Facebook. Tirto.id kami tunjuk sebagai pemeriksa pihak ketiga karena sejauh ini mereka salah satu institusi yang tergabung dengan Jaringan Periksa Fakta Internasional (International Fact-Checking Network/IFCN)," kata Alice Budisatrijo, News Partnership Lead (third party fact checker) di Jakarta, beru-baru ini.

Kerja sama ini terhitung cukup strategis, menurut Kepala Kebijakan Publik Indonesia, Ruben Hattari, kerja sama Facebook Indonesia dengan Tirto.id ini sangat penting guna menekan kabar bohong yang bertebaran di wadah online.

"Ini adalah inisiatif integrasi komunitas yang akan dilakukan menjelang Pemilihan Kepala Daerah 2018 dan Pemilihan Umum Presiden pada 2019 di Indonesia untuk menunjukkan kepada komunitas serta pemangku kepentingan, bahwa Facebook berkomitmen untuk membangun komunitas dengan keterpaparan informasi yang cukup dan menjaga keaslian identitas di platform Facebook," kata Ruben.

Berdasar hasil survei yang dilakukan Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) pada 2017 yang melibatkan 1.116 responden menemukan, setidaknya ada 92,4 persen responden mengaku mendapatkan berita hoax dari media sosial, 62,8 persen dari aplikasi pesan instan, dan 34,9 persen dari situs web.

Hal ini, kata Ruben, bertujuan juga untuk memberdayakan masyarakat Indonesia dan meningkatkan literasi digital serta membangun komunitas dengan keterpaparan informasi yang cukup. "Kami melakukan ini dengan meningkatkan kesadaran orang akan literasi berita dan memberikan konteks yang lebih jelas," tandasnya.

Selain menggandeng lembaga pemeriksa fakta, Facebook juga segera menayangkan iklan layanan masyarakat di platform mereka dan di media cetak. Iklan ini dijanjikan segera mengudara dalam waktu dekat. Untuk iklan layanan masyarakat itu, Facebook bekerja sama dengan Bawaslu dan Kemenkominfo. Konteks dari iklan tersebut tak lain dari masa Pilkada serentak tahun ini dan Pilpres pada 2019.

lalu guna memperkuat basis literasi digital, Facebook juga menggelar Facebook Journalism Project yang menyertakan perwakilan dari Indonesia di Sydney awal April, serta kampanye 'Think Before You Share' yang sudah digelar sejak Februari 2018.

"Kami serius dan berkomitmen mengurangi penyebaran informasi yang menyesatkan di Facebook dan menjamin bahwa kami menciptakan pengalaman yang positif bagi komunitas Facebook" tambah Alice.

ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top