Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilihan Umum I Tingkat Partisipasi Publik yang Rendah Bisa Digunakan untuk Kejahatan

Cegah Kecurangan, Masyarakat Diminta Aktif Gunakan Hak Pilih

Foto : ANTARA/RAFIUDDIN ABDUL RAHMAN

WNI GUNAKAN HAK PILIH DI MALAYSIA I Warga negara Indonesia (WNI) mengantre untuk mencoblos dalam pemungutan suara Pemilu 2024 di Pusat Dagangan Dunia (WTC), Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (11/2). Dari exit poll beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di luar negeri seperti di New York (AS), Jerman, dan Belanda, diberitakan pasangan Ganjar- Mahfud unggul dari paslon lainnya.

A   A   A   Pengaturan Font

Mustofa menjelaskan, jika tingkat partisipasi masyarakat hanya 70 persen, angka itu bisa digelembungkan menjadi 80 persen misalnya demi kepentingan salah satu paslon. Apalagi jika merujuk tingkat partisipasi publik yang rata-rata masih di kisaran 70-an persen.

Pada pemilu 2009 misalnya, partisipasi publik hanya 71 persen, kemudian pada 2014 naik menjadi 75 persen, dan di 2019 melonjak menjadi 81 persen.

"Ada lonjakan 10 persen partisipasi masyarakat sejak 2009 yang masyarakat berhak curiga bahwa itu bukan riil partisipasi masyarakat. Pola seperti itu sangat mungkin terjadi di 2024 untuk memenangkan salah satu paslon," tandas Mustofa.

Sebagaimana diketahui, tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu di negara-negara demokrasi terbesar, seperti India pada 2019 hanya 67 persen. Angka tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah pemilu di India.

Sedangkan di negara demokrasi terbesar kedua di dunia, yakni Amerika Serikat pada pilpres 2020 tingkat partisipasi masyarakat sebesar 66,9 persen, tertinggi sejak 1990.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top