Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Kabupaten Semarang

Candi Ngempon, Tempat Para Resi Menimba Ilmu

Foto : Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tenga
A   A   A   Pengaturan Font

Sejak pertama kali ditemukan, Candi Ngempon hanya dibiarkan begitu saja. Setelah dipugar, candi yang berada berada di tengah persawahan ini kini sudah bisa didatangi untuk menceritakan masa lalunya kepada generasi sekarang.

K

etika sedang menggarap ladangnya, cangkul Kasri menghantam batu cukup besar yang terkubur di dalam tanah berukuran 40 meter persegi. Ia menyingkirkan batu itu lalu melanjutkan kegiatannya, namun lagi-lagi cangkulnya menyentuh batu yang berukuran hampir sama.

Tanpa kenal lelah ia terus menggali. Pada peristiwa yang terjadi pada 1952 itu, cangkulnya juga menghantam arca. Apa yang ditemukan Kasri ternyata merupakan candi yang terkubur. Setelah diekskavasi, ada sepuluh buah patung antara lain arca Durga, Ganesha, Kinara Kinari, dan Nandi.

Arca-arca tersebut berukuran satu meteran. Ditemukan juga pagar keliling dan bangunan pintu gerbang yang berupa reruntuhan batu lepas, sisa reruntuhan. Setelah dibiarkan cukup lama, reruntuhan candi tersebut kemudian dilakukan pemugaran antara 2006 hingga 2009.

Setelah pemugaran kini di tersebut sudah mudah untuk diamati. Di sini wisatawan dapat melemparkan imajinasinya ke masa lalu, pada era zaman Mataram kuno waktu ketika candi ini diperkirakan dibangun.

Menurut laman Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, luas Candi Ngempon, demikian candi itu dinamai, mencapai 2.250 meter persegi. Letaknya berada di tengah lahan persawahan, Dusun Ngempon, Desa Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Candi yang kemudian diberi nama Candi Ngempon sesuai nama desa tersebut.

Penamaan "Ngempon" untuk desa tersebut memiliki berbagai versi. Salah satunya adalah versi yang mengatakan bahwa candi ini berasal dari kata empu atauempon-empon. Sebab dulunya banyak resi atau empu Hindu yang berada di sini. Candi ini juga diduga menjadi tempat bagi para brahmana untuk meningkatkan spiritualitas diri.

Di Desa Ngempon, konon dulunya merupakan pusat penggemblengan para kasta brahmana untuk dididik sebagai mpu atau empu, baik di bidang, olah kanuragan, sastra budaya maupun kerohanian dan lainnya.

Secara toponimi atau cabang onomastika yang menyelidiki nama tempat masyarakat, candi ini diperkirakan memiliki tradisi tertentu. Mereka meyakini menjadi tempat untuk pendidikan para empu tempat seseorang bisa mencapai kasta brahmana. Itulah yang mendasari nama dusun dan desa itu dengan nama nama Ngempon.

Nama Ngempon sendiri sudah ada sejak lama sebelum candi ditemukan oleh Kasri pada 1952. Namun demikian masih ada kemungkinan lain yang tentang penamaan dusun/desa tersebut, karena banyak pendapat bermunculan.

Laman BPCB tersebut menyatakan, latar belakang sejarah pembangunan Candi Ngempon yang berada pada ketinggian 350 meter di atas permukaan laut (mdpl) belum dapat diketahui secara pasti. Namun berdasarkan ciri arsitektur bangunannya, Candi Ngempon dibangun pada abad VIII-IX M pada zaman Mataram kuno yang memiliki latar belakang agama Hindu.

Pendapat itu berdasarkan arsitektur dan ragam hias yang ada pada candi seumuran yaitu kompleks Candi Gedong Songo yang masih berada di Kabupaten Semarang, tepatnya berada di kaki Gunung Ungaran sisi selatan.

Bahkan Candi Ngempon dianggap pula sebagai replika dari Candi Gedong Songo sebab bentuk, arsitektur, dan pola yang serupa, meski belum diketahui di antara keduanya mana yang lebih dahulu dibangun. Jarak kedua candi yang hanya berjarak 16 kilometer semakin menguatkan kemungkinan tersebut.

Pusat Kosmologi

Candi Ngempon terdiri dari empat buah candi yang sudah dipugar terdiri dari dari satu buah candi induk dan tiga buah candi perwara, yaitu candi kecil yang berada di depan candi induk. Candi ini hanya terdapat di candi-candi di Jawa Tengah seperti Candi Prambanan, Candi Dieng, dan Candi Sewu.

Candi induknya berukuran 3,77 meter x 3,87 meter dengan tinggi 4,45 meter. Tiga candi perwaranya berukuran masing-masing 2,85 meter x 2,85 meter dengan tinggi 4,15 meter. Candi ini ini memiliki masing-masing delapanmerumembawa konsep astadikpalaka yaitu delapan penjuru mata angin.

Kemuncakatauratna-nya yang meruncing pada merupakan perlambang Dewa Siwa. Ia dikelilingi oleh meru adakah simbol-simbol dewa lainnya. Selain itu konsep itu bisa berarti Asta Aiswarya, yang biasanya berupa teratai berkelopak delapan yang memiliki arti delapan kemahaesaan Tuhan.

Candi Empon merupakan perwujudan Gunung Mahameru, pusat kosmologi masyarakat saat itu. Ragam hias pada dinding candi menguatkan hal itu. Motif floranya melambangkan hutan di atas gunung, dan relief berbagai satwa penghuni hutan seperti gajah, rusa, kancil, aneka burung dan kinara-kinari makhluk surgawi.

Salah satu yang bisa dilakukan wisatawan dengan membawa anak-anak di sini adalah melakukan tebak hewan berupa relief. Hal ini dapat mendidik mereka akan peninggalan sejarah kuno khususnya candi peninggalan nenek moyang sejak usia dini.

Relief lain adalah ada di bagian tengah atas relung candi berupakalakirtimukayang berperan sebagai raksasa Banaspati, sang penjaga hutan. Wajah raksasa ini tidak memiliki rahang bawah yang menjadi ciri khas pada candi-candi di Jawa Tengah.

Candi Ngempon memiliki relung di setiap sisinya. Relung ini seharusnya berisi arca Agastya, Ganesha, Durga Mahisasuramardini. Demi keamanan dari pencurian, arca-arca tersebut kini disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang.

Di tempat ini juga terdapat susunan batu lepas sebanyak 9 buah dengan ukuran rata-rata 2,5 meter x 2,5 meter tinggi 60 sentimeter. Susunan batu lepas yang lain berbentuk memanjang berukuran 16,4 meter x 1,3 meter dan tinggi 45 sentimeter. Kemungkinan ini merupakan bangunan candi lainnya.

Pemugaran yang dilakukan BPCB Jawa Tengah diharapkan dapat bermanfaat terutama bagi lingkungan sekitar. Dengan kunjungan wisata, kini suasana Candi ini telah menjadi lebih hidup. Masyarakat juga telah membangun berbagai fasilitas penunjang seperti tempat parkir, toilet, warung makan, dan tempat hiburan anak-anak.

Untuk mencapai lokasi Candi Ngempon setelah area parkir dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati Petirtaan Derekan. Di pemandian kuno ini, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar 2.000 rupiah.

Dari Petirtaan Derekan selanjutnya menyeberang Kali Kedungdowo menggunakan jembatan besi yang ada di atasnya. Jarak sungai ini dengan dengan Candi Ngempon sekitar 100 meter ke arah selatan menyusuri jalan setapak. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top