Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transisi Energi | Kapasitas Terpasang EBT Masih Jauh dari Target Bauran 23% pada 2025

Butuh Komitmen Kuat Percepat Pengembangan EBT

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Dibutuhkan komitmen kuat untuk mengurangi sumber-sumber polusi dengan menggenjot pengembangan energi baru dan terbarukan.

JAKARTA - Pemerintah harus mempercepat kebijakan transisi energi, mengingat kualitas udara di perkotaan besar, terutama Jakarta, makin buruk. Karena itu, dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah untuk mengurangi polusi, terutama dari sumber energi fosil.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan saat ini kualitas udara di Jakarta makin buruk. Buruknya kualitas udara tersebut, lanjutnya, karena sumber polusi makin banyak, seperti dari kendaraan bermotor, emisi, dan gas buang dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di sekitar Jakarta, polusi industri, dan pembakaran sampah.

"Harus ada komitmen politik untuk mengurangi sumber-sumber polusi, khususnya dari transportasi dan PLTU. Ini harus dilakukan segera karena polusi udara berdampak serius pada kesehatan masyarakat dan biaya kesehatan yang harus ditanggung masyarakat dan pemerintah," ujar Fabby, di Jakarta, Selasa (25/7).

Saat ini, pertumbuhan kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) terkesan lambat. Hingga semester I-2023, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga EBT baru mencapai 12.736,7 megawatt (MW). Angka tersebut masih jauh dari target bauran EBT terhadap energi nasional sebesar 23 persen pada 2025.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan tenaga surya memiliki peran strategis dalam mengakselerasi upaya transisi energi khususnya di kawasan Asia Tenggara (Asean).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top