Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 10 Mar 2020, 08:39 WIB

Busana Keraton Yogyakarta Buah dari Akulturasi

Foto: ISTIMEWA

YOGYAKARTA - Busana dapat digunakan untuk menandai identitas sebuah komunitas budaya, juga mengekspresikan peradaban pada suatu masa tertentu. Karena itulah, pada simposium internasionalnya, Keraton Yogyakarta mengusung tema "Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta".

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membuka Simposium Internasional Budaya Jawa tersebut, di Royal Ambarukmo Hotel, Sleman, Senin (9/3) mengungkapkan, simposium internasional ini akan mengungkapkan matra busana tradisional Keraton, yang merekam jejak-jejak sejarah terjadinya akulturasi peradaban denganwastrakerajaan Eropa.

Busana Keraton tidak hanya bersumber dari seorang Sultan saja. Setiap Pangéran mardikâ, juga mencipta pola-pola tertentu yang khas dan sulit diwariskan. "Kita harus menjaga ingatan terhadap budaya dan peradaban Nusantara, karena setiap lembarwastra mengandung nilai loso. Demikian juga, motif batik dipercaya mampu menciptakan suasana religius dan memancarkan aura magis sesuai makna yang dikandungnya," jelas Sri Sultan.

Lebih lanjut Sri Sultan mengungkapkan, melihat antusiasme anak muda terhadap acara ini, bisa dipastikan generasi milenial tidak kehilangan jati diri. Penuhnya peserta simposium dengan generasi milenial memberikan harapan baru bagi DIY. Menghadapi modernitas, generasi muda tetap tertarik pada budaya asli. Modernitas bukan berarti mereka meninggalkan budaya.

"Saya punya keyakinan, meskipun milenial tetapi tetap hidup dengan budaya lokal. Cara berpikir modern dan menggunakan teknologi, tapi bukan berarti generasi milenial bukan berarti tidak mau mengenal budaya," tutur Sri Sultan.

Ultah Naik Tahta

Ketua Panitia Simposium Internasional Budaya Jawa, GKR Hayu mengungkapkan, Simposium ini digelar guna memperingati ulang tahun kenaikan tahta ke-31 Sri Sultan hamengku Buwono X pada Sabtu, (7/3) lalu. Acara ini akan digelar selama dua hari kedepan, 09 sd 10 Maret 2020 di lokasi yang sama.

Simposium ini merupakan kelanjutan simposium tahun lalu. Keraton Yogyakarta berupaya mengkoordinir ketertarikan akademisi pada kebudayaan Keraton Yogyakarta. Tema busana dan ageman ini dinilai akan mampu menunjukan perjalanan sejarah budaya.

Busana menurut GKR Hayu memiliki peran penting. Dalam perjalananya, busana mampu menjadi penunjuk identitas, gender, profesi dan bahkan latar belakang budaya. "Saat ini semangat modernitas telah mewarni perkembangan busana dan kita tidak ingin larut tapi juga tak ingin terpaku pada masa lalu. Busana jelas merupakan jelmaan budaya yang terus berkembang," ujar GKR Hayu.

Keraton sebagai benteng budaya terus melestarikan kekayaan yang ada, salah satunya melalui busana. YK/AR-3

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.