![Bunda Teresa, Inspirasi yang Tak Pernah Lekang](https://koran-jakarta.com/images/article/phpl_dcsc_resized.jpg)
Bunda Teresa, Inspirasi yang Tak Pernah Lekang
![Bunda Teresa, Inspirasi yang Tak Pernah Lekang](https://koran-jakarta.com/images/article/phpl_dcsc_resized.jpg)
Menurutnya, sebelum ajal, setiap orang berhak dimandikan dan didoakan agar perjalanan menghadap sang Khalik lancar. Maka, Ibu selalu mencari orang-orang di pinggir jalan yang tak terurus untuk dibawa ke kediaman. Mereka dimandikan, diberi makan, dan disembuhkan. Kalau terpaksa nyawanya tak bisa diselamatkan, setidaknya orang-orang miskin tersebut meninggal dalam keadaan layak.
Atas pengorbanan dan perjuangannya, dunia menghadiahi Nobel Perdamaian pada tahun 1979. Yang menyentuh dunia, Bunda minta ditiadakan perjamuan makan atas penganugerahan tersebut. Sebagai ganti, Bunda mohon agar dana makan malam dianugerahkan kepada orang-orang miskin. Puncak penghargaan karya cinta kasihnya ketika Gereja menggelari santa (orang suci). Dunia kini mempunyai Santa Teresa dari Kalkuta.
Santa Teresa dari Kalkuta seluruh hidupnya diabdikan untuk orang-orang terbuang. Dia secara suka rela membangun rumah sakit, permukiman layak huni, dan panti untuk anak-anak. Dia tidak memilih-milih lokasi untuk membangun rumah sakit. Bunda membangun rumah sakit di lahan kuil Hindu di Kalighat. Mengapa orang Hindu membiarkan orang Katolik membangun rumah sakit di lahannya? Karena Bunda melayani setiap orang, termasuk orang Hindu.
Masyarakat perlu membaca buku ini untuk menimba inspirasi Santa Teresa dari Kalkuta. Dunia perlu belajar kemanusiaan, pelayanan, dan penghargaan kepada makhluk hidup dari Bunda Teresa. Dunia semakin perlu inspirasi dari Bunda Teresa saat masyarakat semakin rakus memperkaya diri supaya belajar kemiskinan, tapi kaya dalam cinta.
Buku ini mengisahkan orang suci yang menjadi inspirator kemanusiaan sepanjang masa. Rasanya, seperti mencari jarum di jerami, untuk menemukan seorang seperti Bunda Teresa. Tidak ada dengki, dendam, dan amarah di dalam hatinya. Yang ada hanya kasih, suka-cita, dan keprihatinan bagi sesama. Diresensi P Erni Damayanti, aktivis sosial kemanusiaan
Komentar
()Muat lainnya