Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kemandirian Energi l Pengembangan EBT Butuh Kesiapan Dunia Usaha

BUMN Perlu Pacu Kapasitas Modal

Foto : Istimewa

Wakil Menteri BUMN I Paha­la Mansyuri

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perusahaan yang bergerak di sektor pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) khususnya maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didorong untuk meningkatkan kapasitas terutama permodalan. Hal tiu diharapkan dapat mendukung upaya eksplorasi berbagai potensi energi berkelanjutan di masa mendatang.

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansyuri, dalam acara pencatatan saham perdana (listing) anak perusahaan Pertamina, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan pihaknya akan terus mendorong perusahaan-perusahaan BUMN yang potensial terutama di sektor energi agar lebih transparan, sehingga kapasitasnya makin meningkat. "PGE misalnya dari hasil asasment kami merupakan perusahaan energi dengan Ebitda margin terbaik untuk saat ini yaitu sebesar 244 juta dollar AS, mendekati 70 persen," kata Pahala.

Secara fundamental, perusahaan dengan kode perdagangan PGEO itu hingga kuartal III-2022 mencatat laba bersih 111,43 juta dollar AS yang dikontribusikan dari pendapatan sebesar 287,39 juta dollar AS. "Kalau kita lihat selama ini total pendapatan PGE itu setiap tahun meningkat 5 hingga 10 persen," kata Pahala.

Pada kesempatan sama, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan aksi korporasi PGE sebagai bentuk dukungan Pertamina sebagai holding untuk meningkatkan ketersediaan energi baru terbarukan.

Dia pun berharap, investor publik mendukung aksi korporasi PGE dengan membeli saham sebagai wujud kepedulian pada transisi ke energi terbarukan.

Direktur Utama PGE, Ahmad Yuniarto menambahkan bahwa pelepasan saham perdana untuk mendukung rencana perseroan mengembangkan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 megawatt (MW) hingga 2027.

"Kami menargetkan meningkatkan kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027. Selain itu, kami berambisi mengembangkan seluruh value chain sumber daya panas bumi di Indonesia," katanya.

Beri Insentif

Secara terpisah, Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Tata Mustasya mengatakan perusahaan di sektor energi bersih harus membangun kapasitas untuk menangkap peluang dari transisi energi yang sedang berlangsung secara global.

"Tanpa kesiapan dunia usaha, pengembangan energi terbarukan sebagai solusi krisis iklim, ketahanan energi, dan akses energi yang inklusif bakal sulit berjalan," jelas Tata.

Selain itu, pemerintah juga harus konsisten memberikan insentif bagi energi bersih dan terbarukan dan disinsentif bagi energi fosil terutama batu bara yang menghambat perkembangan EBT selama ini.

"Dunia usaha butuh konsistensi dari regulator terutama kepastian hukum dan jaminan usaha. Kalau berubah-ubah, maka target NZE pada 2060 bakal sulit dicapai," katanya.

Pengamat Energi Terbarukan, Surya Darma menambahkan pengusahaan energi terbarukan memiliki karakteristik yang tidak semuanya sama dengan energi fosil secara umum. Energi terbarukan sangat bervariasi dalam enam klaster yang berbeda-beda. Antara energi hidro, tentu saja berbeda dengan panas bumi. Berbeda juga dengan solar PV, energi angin, bioenergi dan energi laut.

"Karena itu, setiap klaster memiliki kapasitas tersendiri yang harus digeluti dan dipahami. Karena itu, setiap perusahaan yang bergerak di energi terbarukan, juga harus memiliki kapasitas dan kapasitas masing-masing yang berbeda-beda," ungkapnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top