Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ancaman Krisis

BUMN Harus Berubah demi Wujudkan Ketahanan Pangan dan Energi

Foto : ANTARA/ADITYA RAMADHAN

Wakil Menteri BUMN I, Pahala N Mansury (kiri) dalam acara peluncuran produk hasil riset IP-FRI di Jakarta, Rabu (21/9).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Upaya memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan energi nasional terus dilakukan, terutama dengan memaksimalkan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Wakil Menteri (Wamen) BUMN I, Pahala N Mansury, mengatakan BUMN kini dituntut harus banyak melakukan perubahan untuk mencapai ketahanan pangan dan ketahanan energi nasional agar Indonesia tidak bergantung dengan produk impor.

Pahala Mansury dalam acara peluncuran produk hasil riset Indonesia Plantation & Forestry Research Institute (IP-FRI) di Jakarta, Rabu (21/9), mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan BUMN untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dan energi dunia yang akan berdampak pada Indonesia.

"Bagaimana harapan tinggi diberikan Pak Presiden. Tapi yang pasti, tidak bisa dilakukan dengan bussines as usual," kata Pahala Mansury.

Pahala menyebutkan bahwa BUMN harus bekerja lebih keras, melakukan inovasi dan transformasi untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi. Riset di bidang agro industri memegang peranan penting untuk peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.

Dia menekankan agar riset yang dilakukan adalah yang benar-benar berorientasi pada bisnis atau riset yang bisa dikomersialisasikan. "Tentunya harus melakukan pembuatan riset yang bisa dikomersialisasi. Riset yang punya nilai dan impact ke depan," kata Pahala.

Holding Perkebunan PTPN III bersama Perum Perhutani membentuk IP-FRI yang dibentuk pada Juli 2021 bertujuan untuk melakukan riset dan inovasi terkait perkebunan dan perhutanan dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan.

Pemburu Rente

Sementara itu, Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, sepakat agar BUMN berbenah. Ia menegaskan penyakit impor pangan sudah dari dahulu. Salah satu sebabnya adalah masih suburnya pemburu rente di sistem pangan kita. Jadi, regulasinya harus dibenahi.

Salah satu contohnya tanaman kedelai yang memang rente ini memegang peran penting dalam importisasi kedelai. Keuntungan dari impor bahan pangan ini sungguh besar di mana ada pihak yang memang diuntungkan. "Pasarnya 90 persen masih impor. Produk lokal hanya 10 persen. Jadi, nggak bakal bisa mengimbangi pangsa pasar impor," paparnya

Karena itu, lanjut dia, BUMN kita harus bisa ambil alih peluang pasar ini, kendati cukup berat bersaing dengan peritel dan importir besar. Kalah dari sisi jangkauan, skala usaha dan lainnya.

Nah, di sinilah diharapkan peran BUMN supaya mulai fokus pada riset and development (RnD) produk pertanian, agar bisa menciptakan nilai tambah produk pertanian. "Efeknya, anggaran RnD harus ditingkatkan," tukasnya.


Redaktur : Redaktur Pelaksana
Penulis : Antara, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top