Bukit Kelam, Kemegahan Ayers Rock Versi Borneo
Foto: istimewaAustralia memiliki pesona batu Ayers Rock yang berada di barat daya Alice Spring yang berada di tengah negara itu. Disebut juga Uluru, batu raksasa ini memiliki panjang 3,6 kilometer, lebar 2,4 kilometer, dengan keliling 9,4 kilometer, tinggi 348 meter dari tanah dan 863 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Batuan monolit atau tunggal Uluru dalam bahasa Aborigin yang berada di Gurun Gibson itu terbentuk selama lebih dari 600 juta tahun sebagai dampak dari pengangkatan dari dasar lautan. Saat ini sekitar 2,5 kilometer panjang batunya masih terkubur di dalam tanah.
Namun kini tidak perlu jauh-jauh untuk melihat fenomena serupa. Di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat terdapat Bukit Kelam, berupa gunung batu raksasa dengan tinggi 1.002 mdpl dan luasnya mencapai 520 hektare.
Bukit Kelam yang terletak di Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, berada di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Melawi dan Sungai Kapuas. Bukit ini berdiri kokoh membentang dari timur ke barat sepanjang 2 kilometer.
Pemandangan semakin menarik ketika dilihat atau difoto dari Sungai Kapuas atau Malawi yang berada di kanan kiri bukit ini. Perpaduan antara sungai, rumah penduduk, dan bukit batu granit yang menjulang tinggi adalah perpaduan alam yang menajubkan.
Batu bukit ini terlihat sangat jelas dari puncak hingga setengah badannya. Sedangkan lebih ke bawah berupa vegetasi hijau berupa tanaman-tanaman keras. Karena cukup tinggi kadang-kadang awan menyelimuti bukit ini, apalagi hawa udara di tempat tersebut cukup sejuk, cocok untuk melepas penat.
Saat ini Bukit Kelam berstatus cagar alam yang kaya flora dan fauna. Karena keanekaragaman hayatinya yang perlu dijaga, pemerintah daerah menata kawasan tersebut sebagai Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kelam. Pertimbangan untuk menjadikan taman wisata alam salah satunya karena bukit batu tersebut menjadi tempat endemik tanaman dari genus kantong semar (Nepenthes spp), selain dihuni beruk, 14 spesies burung, kera ekor panjang, tringgiling, beruang madu dan masing banyak lagi.
Bukit batu yang tandus menjadi tempat hidup bagi 14 spesies kantong semar salah satu spesies endemik adalah Nepenthes clipeata. Tumbuhan karnivora yang memperoleh nutrisi dengan menjebak serangga dengan kantongnya banyak tumbuh di tebing vertikal pada ketinggian antara 500 dan 800 meter.
Meski tumbuh pada kondisi yang sulit dijangkau orang, namun kantong semar di Bukit Kelam terancam punah karenabanyak diambil oleh para pemburu tanaman hias. Untuk menyelamatkannya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah II Sintang, memberi penyuluhan dan mengajak masyarakat kawasan TWA menjaganya.
Tidak hanya dilihat dari bawah, Bukit Kelam juga bisa didaki. Telah tersedia jalur pemanjatan dari besi atau via ferrata dalam bahasa Italia. Anak tangga dibuat dengan menancapkan anak tangga besi pada batu.
Untuk keselamatan pendaki diikat tali pengaman yang dikaitkan pada karabiner. Karabiner lalu dikaitkan ke anak tangga besi satu per satu untuk naik atau turun. Untuk kemanan lebih lanjut pendaki berpegangan kabel baja yang berada di jalur itu.
Tempat yang menjadi jalur pendakian tertinggi di Asia Tenggara dengan via ferrata memiliki tingkat kemiringan antara 15-40 derajat. Walau embusan angin kencang, usaha mendaki Bukit Kelam ini terbayarkan setelah sampai di puncak apalagi saat memandangi hijau hutan dan perkebunan sawit yang tertata rapi, serta Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yang berkelak-kelok di bawahnya.
Proses Terbentuk
Bagaimana proses terbentuknya Bukit Kelam? Menurut buku Peta Geologi Lembar Sintang (1933) oleh Heryanto dkk, Gunung Kelam muncul akibat intrusi magma atau magma yang membeku menjadi batu sebelum mencapai permukaan Bumi. Batu beku ini kemudian terangkat dan kemudia mengalami erosi lalu membentuk kubah. Usianya diperkirakan telah mencapai 23 juta tahun.
Namun masyarakat Dayak memiliki versinya sendiri. Bukit Kelam dikaitkan dengan seorang sakti bernama Bujang Beji yang bermimpi menjadikan Sintang sebagai danau.
"Konon katanya Bukit Kelam merupakan sebongkah batu yang dipikul oleh Bujang Beji dari daerah Kapuas Hulu untuk membendung Sungai Melawi. Hanya untuk mewujudkan hal itu, Bujang perlu menutup Sungai Kapuas dan Melawi dengan batu berukuran besar," demikian keterangan yang dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Belum juga terwujud, di tengah prosesnya, Bujang malah terpikat dengan seorang bidadari. Bukannya mendapatkan hati sang bidadari, ia malah terperosok di sebuah lubang. Gara-gara nasib kelam yang menimpanya, Bujang pun urung mengangkat batu tersebut. Sebaliknya, batu tersebut dibiarkan tetap di posisinya. Dari sana, anggapan akan penyebutan bukit batu sebagai Bukit Kelam kemudian diyakini masyarakat sekitar hingga sekarang.
Untuk mencapai Bukit Kelam cukup memakan waktu namun perjalanan cukup menyenangkan. Jarak Pontianak-Sintang sendiri mencapai 395 kilometer, sedangkan jarak Sintang-Bukit Kelam 23 kilometer.
Wisatawan luar daerah bisa mengintap di hotel yang banyak terdapat di kota kecil itu. Tiket masuknya 15.000-20.000 rupiah dengan fasilitas toilet, dan kios souvenir. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 3 Irwan Hidayat : Sumpah Dokter Jadi Inspirasi Kembangkan Sido Muncul
- 4 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 5 Tak Tinggal Diam, Khofifah Canangkan Platform Digital untuk Selamatkan Pedagang Grosir dan Pasar Tradisional