Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Perseroan

BTN Perkirakan Pertumbuhan Kredit 15 Persen di 2019

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (BTN) Persero Tbk memperkirakan pertumbuhan kredit perseroan akan melambat menjadi 15 persen (tahun ke tahun/year on year/ yoy) pada 2019. Hal itu terjadi salah satunya karena dampak dari kenaikan 175 basis poin suku bunga acuan Bank Indonesia dalam enam bulan terakhir.

"Dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, logikanya pertumbuhan kredit juga tidak akan lebih baik daripada tahun ini," kata Direktur Keuangan dan Treasuri BTN, Iman Nugroho Soeko, di Jakarta, Minggu (25/11). Iman memperkirakan pertumbuhan kredit BTN di 15 persen (yoy) atau lebih rendah dibanding prognosa pertumbuhan kredit BTN tahun ini di 19,5 persen (yoy).

Perseroan mengaku akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit. Jika BTN terlalu agresif dalam menjalankan intermediasi, dikhawatirkan kondisi likuiditas akan mengetat sehingga meningkatkan tensi penghimpunan dana antara perbankan. Jika terjadi likuiditas yang semakin ketat, tambah Iman, akan berdampak negatif terhadap ketahanan industri perbankan.

"Karena kalau kami tumbuh lebih tinggi lagi malah akan memperketat kondisi likuiditas bagi bank-bank yang relatif lebih kecil dari BTN sehingga meningkatkan risiko sistemik perbankan. Jadi suka tidak suka, harus berjalan dengan realitaslah," ujar Iman.

Ruang Fleksibilitas

Iman mengatakan potensi pengetatan likuiditas di akhir tahun bisa berkurang karena kebijakan relaksasi perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum Primer (GWM Averaging) yang ditingkatkan menjadi tiga persen dari dua persen. Namun peningkatan GWM Averaging hanya memberikan bank ruang fleksibilitas dalam mengelola likuiditas harian.

Dengan begitu, bukan berarti bank memperoleh tambahan likuiditas dari relaksasi GWM Averaging itu karena rasio untuk memenuhi kewajiban GWM-Primer tetap dipertahankan BI di level 6,5 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). "Tapi karena agregat GWM tetap di 6,5 persen artinya tidak ada tambahan likuiditas yang bisa disalurkan untuk menunjang lebih tingginya pertumbuhan kredit," ujar Iman.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengemukakan pertumbuhan kredit di 2019 sulit untuk lebih tinggi dibanding 2018. Wimboh memprediksi pertumbuhan kredit 2019 akan sebesar 12 persen (yoy).

Untuk tahun ini, pertumbuhan kredit bisa mencapai 13 persen dari target di rencana bisnis bank sebesar 12,2 persen. "Kita lebih memperkirakan 12 persen (di 2019) dengan kondisi ekonomi yang kita belum tahu, dan ada dampak juga dari ekonomi global," ujar dia.

Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top