BRIN Kukuhkan Lima Profesor Riset
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan lima pakar sebagai profesor riset, di Jakarta, Selasa (19/11).
Foto: IstimewaJAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan lima pakar sebagai profesor riset. Mereka terdiri dari Muhamad Nasir dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, Sik Sumaedi dari Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar, Yusuf dari Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler, Nasrullah Armi dari Pusat Riset Telekomunikasi, dan Atriyon Julzarika dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air.
"Diharapkan setelah ini periset melakukan kolaborasi. Terutama, dengan periset dalam dan luar negeri untuk menciptakan inovasi baru hingga meretas masalah di masyarakat," ujar Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, dalam acara pengukuhan yang diakses secara daring, Selasa (19/11).
Dia berharap periset di BRIN bisa meniru langkah lima profesor riset yang dikukuhkan hari ini dengan menemukan kebaruan dalam dunia riset. Dia berharap penelitian yang dilakukan dapat memenuhi standar, utamanya standar akademik serta menjawab permasalahan bangsa, sekaligus solusi.
- Baca Juga: BRIN Kukuhkan 5 Profesor Riset Baru
- Baca Juga: Tiga Pria Ini Ditangkap Saat Main Judi Online
"Dengan demikian penelitian dapat bermanfaat bagi bangsa sesuai bidang kepakaran masing-masing," jelasnya.
Salah seorang profesor riset BRIN, Yusuf, menyoroti pengembangan Sistem Usaha Pertanian (SUP) di wilayah Indonesia timur yang masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, akses permodalan, serta kelembagaan petani yang belum optimal. Termasuk ketergantungan pada curah hujan dan akses terbatas terhadap teknologi modern, yang membuat sektor ini rentan terhadap perubahan iklim.
Dia mengungkapkan, diperlukan reformulasi strategi yang mengintegrasikan alih teknologi dan penguatan kelembagaan pertanian di KTI. Pertama, dinamisasi SUP di KTI perlu dilakukan melalui introduksi inovasi yang memungkinkan adaptasi teknologi tepat guna dan penguatan kelembagaan.
"Kedua, penyusunan kerangka kebijakan alih teknologi dan kelembagaan pertanian harus dirancang agar mendorong percepatan transfer teknologi dan pemberdayaan kelembagaan pada tingkat lokal," lanjutnya.
Ketiga, kata dia, perlu penerapan reformulasi kebijakan melalui implementasi strategis yang responsif terhadap kondisi lapangan. Menurutnya, hal tersebut menjadi kunci keberhasilan dari keseluruhan langkah ini.
"Melalui sinergi kebijakan, teknologi adaptif, dan kelembagaan yang kuat, pengembangan pertanian di KTI diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat,” tuturnya.
Redaktur: Sriyono
Penulis: Muhamad Ma'rup
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Pasangan Andika-Hendi Tak Gelar Kampanye Akbar Jelang Pemungutan Suara Pilgub Jateng
- 3 Cawagub DKI Rano Karno Usul Ada Ekosistem Pengolahan Sampah di Perumahan
- 4 Pusat perbelanjaan konveksi terbesar di Situbondo ludes terbakar
- 5 Ini Cuplikan Tema Debat Ketiga Pilkada DKI
Berita Terkini
- Bea Cukai Kotabaru musnahkan barang cukai ilegal hampir Rp1 miliar
- Dukung Dekarbonisasi, Kemenperin Percepat Transformasi Industri Hijau
- Kunjungan Kenegaraan Tak Surutkan Dukungan Presiden Prabowo untuk Timnas Indonesia
- Keren, Penampilan Berkelas Marselino Bawa Tim Garuda Bungkam Arab Saudi
- Konsumsi Vitamin D Saat Hamil Melahirkan Anak dengan Tulang Kuat