BRIN Kukuhkan 5 Profesor Riset Baru
Poster pengukuhan profesor riset BRIN
Foto: ANTARA/HO-BRINJAKARTA - Badan Riset dan Inovasi nasional (BRIN) mengukuhkan lima orang pakar dalam berbagai bidang ilmu untuk menjadi profesor riset baru.
Kelima orang tersebut adalah Muhamad Nasir dengan kepakaran nanofiber komposit, Sik Sumaedi dengan kepakaran manajemen kualitas, Yusuf dengan kepakaran sistem usaha pertanian, agribisnis, dan kelembagaan usaha tani, Nasrullah Armi dengan kepakaran transmisi telekomunikasi, serta Atriyon Julzarika dengan kepakaran topografi dinamis.
"Selamat kepada Majelis Pengukuhan Profesor Riset BRIN atas kerja kerasnya berhasil menyelesaikan tugas promosi Peneliti Ahli Utama menjadi Profesor Riset," kata Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset BRIN yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (19/11).
Amarulla menekankan profesor riset adalah gelar yang dicapai oleh seorang periset atas kecakapan, profesionalisme, dan terbukti nyata memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan riset dan inovasi di Indonesia, bahkan dunia.
Ia menyebut gelar profesor riset mencerminkan prestasi akademik dan profesi yang luar biasa, serta komitmen yang mendalam terhadap objek riset hingga menjadi inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan kesejahteraan masyarakat.
"Ini juga menjadi tanggung jawab sekaligus menjadi teladan besar bagi para periset lainnya," ujarnya.
Oleh sebab itu, Amarulla berharap para profesor riset yang dikukuhkan terpacu untuk dapat menemukan kebaruan, dimana penelitian yang dilakukan harus memiliki standar akademik yang tinggi, dan mampu memberikan kontribusi baru di bidang ilmu pengetahuan.
"Tidak hanya berfokus pada capaian riset yang berkualitas, namun mampu menjawab masalah dan memberikan solusi terhadap bangsa sesuai dengan bidang kepakaran," ujarnya.
Selain itu, kata Amarulla, para profesor riset juga harus mampu menjadi mentor dalam kepemimpinan periset muda, sehingga tidak hanya berfokus kepada pengembangan riset, tetapi juga karakter dan etika ilmiah.
"Profesor riset juga harus mampu menjadi akselerator dengan mitra, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk mempercepat kemajuan riset di Indonesia," tutur Amarulla Octavian.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Pasangan Andika-Hendi Tak Gelar Kampanye Akbar Jelang Pemungutan Suara Pilgub Jateng
- 3 Cawagub DKI Rano Karno Usul Ada Ekosistem Pengolahan Sampah di Perumahan
- 4 Pusat perbelanjaan konveksi terbesar di Situbondo ludes terbakar
- 5 Ini Cuplikan Tema Debat Ketiga Pilkada DKI
Berita Terkini
- Menteri Hukum Tegaskan Ibu Kota Negara Masih DKI Jakarta
- Angelina Jolie Tampil Bersama Putranya Knox Jolie-Pitt, Penggemar Terpesona
- Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia Atasi Kelaparan dan Kemiskinan
- Capim KPK Ida Budhiati Ingin Adopsi Penegakan Kode Etik secara Terbuka
- Kapolri dan Panglima Ingatkan Masyarakat Jaga Persatuan di Pilkada