Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Masalah Kependudukan

BRIN Giatkan Literasi Kesehatan Lansia

Foto : antara
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) tengah menggiatkan literasi mengenai kesehatan fisik maupun jiwa orang dengan lanjut usia (lansia) untuk bersiap menghadapi bonus demografi kedua.

Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN Resti Pujihasvuty menyebutkan Indonesia diprediksi mengalami banjir lansia pada rentang tahun 2035-2040 dengan jumlah lansia sekitar 17 hingga 20 persen dari komposisi demografi penduduk.

"Dengan prediksi proporsi lansia yang semakin meningkat, kita punya tugas untuk memastikan kita di masa yang akan datang sebagai lansia nantinya tetap dapat produktif dan berkontribusi pada perekonomian negara," kata Resti dalam webinar bertajuk "Lansia-Ku di Era Ageing Population" yang diselenggarakan oleh BRIN di Jakarta pada Rabu (19/6).

Pada tahun 2035 jumlah lansia diprediksi mendekati dua kali lipat dari tahun 2020 yang jumlahnya 36 juta jiwa, sehingga pada tahun mendatang tersebut jumlahnya menjadi 48 juta jiwa.

Adapun yang jadi masalah, lanjut dia, ketika lansia menghabiskan masa tuanya dalam kondisi sakit, baik itu sakit fisik maupun jiwa, total peluang ekonomi keluarga yang hilang setiap bulan sedikitnya Rp1 triliun berdasarkan riset yang dikeluarkan oleh Universitas Respati Indonesia (URINDO).

Ia menerangkan riset itu mengasumsikan seorang lansia dengan kondisi yang sehat dan tetap produktif sedikitnya dapat memiliki penghasilan sekitar 1 juta rupiah setiap bulan.

Sementara di lain sisi, anggota keluarga yang mengasuh lansia dalam kondisi sakit diasumsikan kehilangan sedikitnya 4 juta rupiah setiap bulan.

Oleh karena itu, pihaknya menekankan pentingnya penggiatan edukasi maupun literasi mengenai cara menjaga kesejahteraan fisik maupun jiwa individu ketika memasuki usia senja.

Salah satunya ialah dengan memastikan lansia tidak mengalami kondisi kesepian karena kondisi tersebut memberikan dampak negatif terhadap kesehatan lansia.

Ia pun menyebutkan prevalensi lansia alami ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) ringan sebesar 12,8 persen, sementara prevalensi lansia alami depresi sebesar 7,7 persen, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Jadi memang kondisi kesepian memiliki aspek negatif terhadap kesehatan jiwa lansia, mulai dari menyebabkan depresi, percobaan bunuh diri, tekanan psikologis tinggi, kecemasan, hingga skizofrenia," jelas Resti.

Selain itu, kata dia, kondisi kesepian dapat menyebabkan lansia mengalami masalah kesehatan fisik, seperti serangan jantung, stroke, kanker, diabetes, alzheimer, hingga dalam kondisi yang serius adalah kematian dini pada lansia. Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top