Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perekonomian Nasional

BPS Catat Inflasi Tahun 2020 Sebesar 1,68 Persen

Foto : Foto: Istimewa

Setianto

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di sepanjang tahun 2020 sebesar 1,68 persen secara tahunan (yoy). Laju inflasi ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar 2,72 persen.

Capaian tersebut berada di bawah target sasaran inflasi yang sebesar 2 persen-4 persen. "Kalau dibandingkan sampai dengan 2014 ini merupakan yang terendah," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin (4/1).

Menilik ke belakang, perkembangan inflasi di sepanjang tahun 2020 memang rendah akibat adanya pandemi Covid-19 yang menekan permintaan dan daya beli.

Setianto menjabarkan inflasi ini didorong oleh inflasi inti yang tercatat sebesar 1,60 persen yoy dengan andil terhadap inflasi 1,05 persen.

Kemudian, disusul dengan inflasi harga barang bergejolak yang sebesar 3,62 persen yoy dengan andil 0,59 persen, dan disumbang inflasi administered prices dengan inflasi 0,25 persen yoy dan andil 0,04 persen.

Menilik ke belakang, perkembangan inflasi di sepanjang tahun 2020 memang rendah akibat adanya pandemi Covid-19 yang menekan permintaan dan daya beli.

Nilai Tukar Petani

BPS juga mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Desember 2020 naik 0,37 persen sebesar 103,25 dibandingkan NTP November 2020 sebesar 102,86.

Kenaikan NTP pada Desember 2020 disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani yang naik sebesar 0,82 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,44 persen.

"Indeks yang diterima petani meningkat 0,82 persen, sementara yang dibayarkan meningkat 0,44 persen," kata Setianto.

Setianto menjelaskan kenaikan NTP secara keseluruhan tidak diiringi dengan tren positif untuk seluruh sektor.

Di sektor tanaman pangan, indeks yang diterima petani turun 0,05 persen, sedangkan indeks yang dibayar naik 0,49 persen, sehingga ada perubahan minus 0,54 persen dengan komoditas yang mendominasi penurunan indeks tanaman pangan yakni gabah, ketela pohon, dan ketela rambat.

Sementara itu, subsektor tanaman hortikultura tercatat naik 1,01 persen karena indeks yang diterima petani di sektor tersebut sebesar 1,34 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan hanya 0,33 persen.

"Komoditas yang mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani hortikultura adalah cabai rawit, cabai merah, tomat, kol, kubis, wortel, kentang, jeruk, ketimun, terong, dan cabai hijau. Sementara komoditas yang menghambat indeks yang diterima petani hortikultura adalah bawang merah, bawang daun, salak, apel, mangga, labu siam, sawi putih, pisang, dan alpukat," katanya. n uyo/Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Djati Waluyo, Antara

Komentar

Komentar
()

Top