BPIP: Pendidikan Harus Membahagiakan Anak-anak
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo saat seminar bertema Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Bernegara di Jogja Green School, Sleman, DIY, Sabtu (22/7).
"Dari PAUD sampai SD, penekanan lebih kepada bagaimana hidup dengan nilai Pancasila dari hal-hal kecil dan mudah digunakan. Saat SMP, baru mulai diajarkan sejarah Pancasila dan Indonesia, serta pengenalan tokoh-tokoh. SMA, baru diajarkan dan mengenal soal konsep Pancasila. Jadi, semua sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing jenjang," katanya.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini menyatakan urgensi pendidikan Pancasila, menyusul hasil survei dari Setara Institute terhadap anak-anak muda di lima kota besar di Indonesia.
"Sekitar 83 persen anak muda menyatakan Pancasila bukan ideologi permanen. Ini mengerikan. Pancasila padahal dielu-elukan oleh banyak tokoh internasional sebagai pemersatu yang ampuh. Imam dari Suriah pernah menyatakan Indonesia beruntung punya Pancasila, dimana menyatukan 700 lebih suku bangsanya; di Suriah, hanya sekitar 10 suku bangsa, tetapi bertikai. Kita tahu bagaimana keadaan Suriah sekarang. Pancasila itu bukan main-main, dan Pancasila benar menyatukan kita semua."
Benny menambahkan, dalam mengajarkan pelajaran Pancasila, harus ada perubahan paradigma penyampaian.
"Orientasi pengajaran harus bukan pada hafalan atau doktrinal, tetapi anak-anak diarahkan untuk menjadikan apa yang bahan ajar menjadi nilai hidupnya. Banyak tugas pribadi dan reflektif, banyak visual dan belajar membangun kebersamaan. Anak-anak harus bisa mengalami pendidikan yang menyenangkan, bukan hafalan lagi, tetapi perjumpaan dengan teman dan sesamanya, dan akhirnya Pancasila bisa menjadi ideologi hidup dan bekerja."
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya