Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bom Makassar, Penanganan Ekstremisme yang Mengarah ke Terorisme Jangan Kendor

Foto : Istimewa

Peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pasca bom Makassar, Setara Institute meminta agar protokol penanganan ekstremisme-kekerasan yang mengarah ke aksi terorisme tidak boleh kendor. Peristiwa bom bunuh diri di Makassar merupakan sinyal keras bagi seluruh pihak, terutama pemerintah untuk tidak pernah kendor dalam melaksanakan 'protokol' penanganan ekstremisme-kekerasan, baik di ranah pencegahan maupun penindakan.

"Ekstremisme-kekerasan yang didorong oleh stimulus ideologis tidak akan surut hanya karena pandemi dan tidak juga karena semakin baiknya perangkat instrumental (peraturan) dan institusional (kelembagaan) penanganan ekstremisme-kekerasan oleh negara,"kata Ismail Hasani,Direktur Eksekutif Setara Institute dalam keterangan tertulisnya yang diterima Koran Jakarta, Rabu (31/3).

Ismail Hasani juga menekankan, di tengah konsentrasi tinggi pemerintah dalam penanganan dampak pandemi, perhatian pada penanganan ekstremisme-kekerasan tetap tidak boleh berkurang. Karena itu, ia mendesak pemerintah untuk melakukan tindakan komprehensif dan terukur untuk memitigasi dan melakukan penegakan hukum yang presisi sesuai dengan kerangka negara hukum. Hal ini untuk menjamin keselamatan seluruh warga.

"Dalam rangka mitigasi dan pencegahan, belum lama ini Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN-PE)," katanya.

Akselerasi penerapan Perpres tersebut, menurut Ismail Hasani, secara komprehensif dan terukur mendesak untuk dilakukan. Ini dalam rangka mencegah berulangnya peristiwa seperti yang terjadi di Makassar pada hari Minggu kemarin.

"Setara Institute juga mendesak pemerintah daerah dan elemen masyarakat sipil di daerah untuk berkontribusi signifikan bagi pencegahan ekstremisme-kekerasan dengan memupus lingkungan pemicu bagi terjadinya ekstremisme," ujarnya.

Masyarakat sipil, lanjut Ismail Hasani, harus ikut membangun lingkungan yang toleran dan inklusif. Sehingga seluruh anak bangsa dapat hidup berdampingan secara damai di tengah perbedaan dalam kebinekaan. Penerimaan atas kebinekaan merupakan prediktor utama bagi keberhasilan penanganan ekstremisme kekerasan dan bagi penguatan kebinekaan.

"Kami,Setara institute juga mengutuk keras tindakan bom bunuh diri yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," katanya.

Seperti diketahui pada hari Minggu (28/3), sekitar jam 10.30, telah terjadi peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Jalan Kartini, Kota Makassar. Sebanyak 10 orang menjadi korban langsung dalam peristiwa tersebut. Ada yang meninggal yang diduga pelaku, danlainnya mengalami luka-luka.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top