Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

BNPB Berbagi Pengalaman Jalankan PRB Berbasis Masyarakat

Foto : ANTARA/HO-BNPB

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menjadi pembicara dalam pertemuan kelompok kerja pengurangan risiko bencana G20 di Gandhinagar, Gujarat, India, Sabtu (1/4).

A   A   A   Pengaturan Font

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berbagi pengalaman menerapkan upaya pengurangan risiko bencana atau PRB berbasis masyarakat dengan kelompok kerja pengurangan risiko bencana G20.

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berbagi pengalaman menerapkan upaya pengurangan risiko bencana atau PRB berbasis masyarakat dengan kelompok kerja pengurangan risiko bencana G20.

Dalam pertemuan pertama kelompok kerja pengurangan risiko bencana G20 yang berlangsung di India dari29 Maret hingga 1 April 2023, BNPB menghadirkan Kepala Desa Duda Timur I Gede Pawana selaku Pimpinan Pasebaya Agung untuk menceritakan pelibatan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana di daerah sekitar Gunung Agung di Bali.

Menurut siaran pers BNPB di Jakarta, Selasa,Pasemetonan JagabayaatauPasebayaAgung merupakan forum masyarakat dan relawan yang mencakup warga dari 28 desa di kawasan lingkar Gunung Agung.

Forum yang dibentuk pada 17 November 2017 itumenjadi mitra pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan penyuluhan mengenai pengurangan risiko bencana kepada masyarakat serta menyampaikan informasi terkini mengenaiaktivitas vulkanik Gunung Agung.

"Pengalaman I Gede Pawana dalam memimpin Pasebaya Agung menunjukkan betapa pentingnya pelibatan masyarakat lokal dalam peningkatan kesiapsiagaan mereka terhadap ancaman bencana," kataDeputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati.

Dia menyampaikan bahwa kejadian-kejadian gempa dan tsunami yang terjadi di wilayah Indonesia telah memberikan pelajaran berharga mengenai tata kelola pengurangan risiko bencana.

"Sebagai negara kepulauan, Indonesia mengalami beberapawake up callberupa gempa bumi besar dan tsunami seperti di Aceh tahun 2004, Yogyakarta tahun 2006, Sulawesi Tengah tahun 2018, dan gempa bumi Cianjur tahun 2022," katanya.

Pengalaman-pengalaman menghadapi dan menangani dampak kejadian bencana tersebut, menurut dia, menjadi pelajaran berharga dalam menyusun rencana tata kelola, eksekusi, dan kemitraan berkenaan dengan pengurangan risiko bencana.

"Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan isu perubahan iklim dengan pengurangan risiko bencana untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan melalui semangat resiliensi berkelanjutan," kata Raditya.

Dia juga menyampaikan bahwaBali Agenda for Resilienceyang dirumuskan dalam pertemuanGlobal Platform for Disaster Risk Reductiondi Bali tahun 2022 hendaknya menjadi rujukan bagi negara-negara dalam melakukan pengurangan risiko bencana.


Redaktur : -
Penulis : Antara, Sujar

Komentar

Komentar
()

Top