Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Senjata Pemusnah Massal I Beijing Prihatin Terhadap Laporan Strategis Nuklir AS

Biden Setujui Strategi Nuklir yang Fokus pada Ancaman Tiongkok

Foto : AFP/John MACDOUGALL

Senjata Nuklir l ­Dua aktivis perdamaian mengenakan topeng bergambar Presiden Russia, Vladimir Putin, dan Presiden AS, Joe Biden, sambil memegang replika misil nuklir di depan monumen Brandenburg Gate di Berlin, Jerman, pada Januari 2021. Harian New York Times edisi Selasa(20/8) melaporkan bahwa presiden AS telah menyetujui rencana strategis nuklir yang sangat rahasia yang mengarahkan kembali strategi pencegahan Washington DC terhadap perluasan persenjataan nuklirnya oleh Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Maret lalu telah menyetujui rencana strategis nuklir yang sangat rahasia yang untuk pertama kalinya yang mengarahkan kembali strategi pencegahan Washington DC terhadap perluasan persenjataan nuklirnya oleh Tiongkok. HarianNew York Timesmelaporkan informasi ini pada Selasa (20/8).

"Gedung Putih tidak pernah mengumumkan bahwa Biden telah menyetujui revisi strategi tersebut yang diberi judul Pedoman Penggunaan Nuklir," lapor surat kabar itu.

"Pemberitahuan rahasia kepada Kongres mengenai revisi tersebut diharapkan dikirimkan sebelum Biden meninggalkan jabatannya," imbuh surat kabar itu.

Dalam pidatonya baru-baru ini, dua pejabat senior pemerintah diizinkan untuk menyinggung revisi strategi tersebut, lapor surat kabar tersebut. Strategi ini diperbarui setiap empat tahun sekali, tambah surat kabar itu.

Atas pemberitaanNew York Timesitu, Gedung Putih belum menanggapi laporan tersebut.

Sementara itu Tiongkok mengatakan pihaknya sangat prihatin terhadap laporan strategis nuklir AS tersebut.

"Tiongkok sangat prihatin dengan laporan yang mengatakan AS menyetujui rencana strategis nuklir untuk fokus pada ekspansi pesat persenjataan nuklir Tiongkok," kata Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada Rabu (21/8).

"AS menjajakan narasi ancaman nuklir Tiongkok, mencari alasan untuk mencari keuntungan strategis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, pada konferensi pers reguler.

Menurut laporanNew York Times, Presiden Biden menyetujui rencana strategis nuklir yang sangat rahasia yang berfokus pada persenjataan Tiongkok yang berkembang pesat, namun juga berupaya mempersiapkan AS menghadapi kemungkinan tantangan nuklir terkoordinasi dari Tiongkok, Russia, dan Korea Utara (Korut).

"Tiongkok sangat prihatin dengan laporan terkait tersebut, dan fakta telah sepenuhnya membuktikan bahwa AS terus-menerus mengobarkan teori ancaman nuklir Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir," kata Mao Ning.

AS secara konsisten menunjuk pada persenjataan nuklir Tiongkok yang ekspansif dan terus berkembang. Laporan tahunan Pentagon pada Oktober lalu menyebutkan Tiongkok memiliki lebih dari 500 hulu ledak nuklir yang beroperasi di gudang senjatanya, dan mungkin akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak pada tahun 2030.

Kebijakan Pencegahan

Gedung Putih pada Selasa mengatakan bahwa rencana strategis nuklir rahasia yang disetujui oleh Biden itu bukanlah tanggapan atau ancaman terhadap satu negara.

Juru bicara Gedung Putih, Sean Savett, mengatakan bahwa meskipun teks spesifik dari panduan ini dirahasiakan, keberadaannya sama sekali bukan rahasia. "Panduan yang dikeluarkan awal tahun ini bukanlah tanggapan terhadap entitas, negara, atau ancaman manapun," ungkap Savett.

New York Timesmelaporkan bahwa kebijakan pencegahan tersebut mempertimbangkan peningkatan pesat persenjataan nuklir Tiongkok , yang akan menyaingi ukuran dan keragaman persenjataan nuklir AS dan Russia selama dekade berikutnya, dan terjadi ketika Presiden Russia, Vladimir Putin, mengancam akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Pada Februari lalu, AS memperingatkan sekutunya bahwa Russia mungkin berencana untuk mengirim senjata nuklir ke luar angkasa. Rencana rahasia AS ini terjadi ketika perjanjian pengendalian senjata nuklir akbar terakhir dengan Russia, New START, yang menetapkan batasan senjata nuklir antarbenua, akan berakhir pada awal tahun 2026 dan tidak ada perjanjian berikutnya. ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top