Selasa, 19 Nov 2024, 02:25 WIB

Biden Izinkan Ukraina Lakukan Serangan Misil ke Russia

Foto: AFP/US ARMY

KYIV - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah mengizinkan Ukraina untuk menggunakan misil jarak jauh AS terhadap target militer di dalam Russia, kata seorang pejabat AS kepada AFP pada Minggu (17/11).

Pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, mengkonfirmasi laporan dari The New York Times dan The Washington Post bahwa perubahan kebijakan utama yang telah lama dituntut oleh Ukraina, adalah sebagai respons terhadap Korea Utara (Korut) yang mengerahkan pasukannya untuk membantu upaya perang Moskwa.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah lama mendorong otorisasi dari Washington DC untuk menggunakan Sistem Misil Taktis Angkatan Darat (ATACMS) yang tangguh untuk menyerang sasaran di dalam Russia.

Menanggapi laporan perkembangan terbaru itu, Kremlin pada Senin (18/11) mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Biden yang akan segera berakhir, akan semakin mengobarkan ketegangan dengan mengizinkan Ukraina menggunakan misil jarak jauh untuk menyerang wilayah Russia.

“Jelas bahwa pemerintahan yang akan lengser di Washington DC bermaksud mengambil langkah-langkah untuk terus mengobarkan api dan memprovokasi eskalasi ketegangan lebih lanjut,” ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Sedangkan seorang anggota parlemen senior Russia berkata bahwa keputusan Washington DC untuk membiarkan Kyiv menyerang jauh ke Russia dengan misil jarak jauh AS akan meningkatkan konflik di Ukraina dan dapat menyebabkan Perang Dunia III.

1731939996_dc93e156d1cafb971d0f.jpg

Sebuah kendaraan militer peluncur misil ganda AS (ATACMS) sedang menembakkan misil jarak jauh pada November 2003 lalu. Pada Minggu (17/11) seorang pejabat AS melaporkan bahwa Presiden Joe Biden telah mengizinkan Ukraina untuk menggunakan ATACMS terhadap target militer di dalam Russia.

Sementara itu negara pendukung setia Ukraina, Polandia, merupakan salah satu negara pertama yang menyambut baik perkembangan tersebut. “Dengan masuknya pasukan Korut ke dalam perang dan serangan besar-besaran misil Russia (pada Minggu), Presiden Biden menanggapi dalam bahasa yang dimengerti (Presiden Russia), Vladimir Putin,” tulis Menteri Luar Negeri Polandia, Radoslaw Sikorski, di X. “Korban agresi memiliki hak untuk membela diri,” imbuh dia.

Sementara itu pihak Tiongkok yang menampilkan dirinya sebagai pihak netral dalam perang Ukraina, mendesak penyelesaian damai.

“Gencatan senjata dini dan solusi politik melayani kepentingan semua pihak,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, dalam pengarahan rutin ketika ditanya tentang keputusan AS. “Hal yang paling mendesak adalah mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin,” imbuh dia.

Serangan Besar-besaran

Berita mengenai keputusan Presiden Biden ini muncul beberapa jam setelah Russia melancarkan serangan besar-besaran yang menewaskan 11 warga sipil dan semakin merusak jaringan listrik negara yang sudah rapuh saat musim dingin mendekat.

Serangan terbaru Russia itu pun menuai kecaman internasional yang cepat. Sekretaris Jenderal PBB. Antonio Guterres, mengecam serangan tersebut, yang menurut juru bicaranya, Stephane Dujarric, dalam sebuah pernyataan, telah menargetkan infrastruktur energi dan sipil yang penting.

Kepala Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menggambarkan serangan Russia terhadap jaringan listrik Ukraina sebagai tindakan yang mengerikan.

Presiden Zelenskyy mengatakan bahwa dalam serangan besar-besaran tersebut, Moskwa telah meluncurkan 120 misil dan hampir 100 drone, yang menargetkan Kyiv serta wilayah paling selatan, tengah, dan paling barat negara itu.

Serangan itu, yang menurut para pejabat merupakan salah satu serangan terbesar yang dilakukan Russia, terjadi saat serangan Russia ke Ukraina mendekati hari ke-1.000.

Pengumuman Biden dan serangan Russia terbaru, terjadi pada saat Moskwa terus maju di wilayah timur Ukraina. Moskwa menyatakan bahwa mereka telah mencapai semua sasarannya, dengan mengatakan bahwa sasarannya adalah infrastruktur energi penting yang mendukung kompleks industri-militer Ukraina. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: