Sabtu, 09 Nov 2024, 02:05 WIB

BI: Modal Asing Keluar Bersih di Indonesia Capai Rp10,23 Triliun

Ilustrasi: Bank Indonesia

Foto: Antara

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp10,23 triliun selama periode transaksi 4-7 November 2024. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Jumat (8/11), seperti dikuti Antara menuturkan bahwa nilai tersebut terdiri dari aliran modal asing keluar bersih di pasar saham Rp2,29 triliun, pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp4,66 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp3,28 triliun.

Dengan demikian, sejak 1 Januari hingga 4 November 2024, total modal asing masuk bersih di pasar saham Rp38,51 triliun, di pasar SBN Rp38,86 triliun, dan di SRBI Rp192,99 triliun. Pada semester-II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp38,17 triliun di pasar saham, Rp72,82 triliun di pasar SBN dan Rp62,65 triliun di SRBI. Lebih lanjut, Ramdan mengatakan premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun per 7 November 2024 sebesar 67,59 basis poin (bps), turun dibandingkan 1 November 2024 sebesar 71,58 bps.

 Rupiah di awal perdagangan Jumat (8/11) dibuka pada level Rp15.605 per dolar AS, menguat daripada penutupan perdagangan Kamis (7/11) yang sebesar Rp15.730 per dolar AS. Indeks dolar AS meningkat ke level 104,51 di akhir perdagangan Kamis (7/11).

Imbal hasil atau yield SBN Indonesia tenor 10 tahun turun ke 6,66 persen. Sedangkan imbal hasil surat utang AS alias US Treasury Note tenor 10 tahun tergelincir ke level 4,326 persen. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Manajer Riset Sekretaris Nasional (Seknas) Fitra, Badiul Hadi menegaskan BI perlu mereview kembali kebijakan menurunkan suku bunga yang diniatkan buat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik.

Di sisi lain, justru akan membuat investor yang mengharapkan imbal hasil tinggi meninggalkan Indonesia. “Dampaknya outflow modal semakin besar, sehingga mengurangi likuiditas dan menekan nilai tukar rupiah,” kata Badiul. “Situasi ini akan berdampak pada perekonomian domestik,” kata Badiul. Dia menjelaskan bahwa keluarnya investor dari pasar saham dan SBN menegaskan adanya kekhawatiran pada ketidakstabilan pasar keuangan Indonesia. Dampak lainnya adalah volatilitas kurs akan berlanjut.

 “Pemerintah harus segera ambil tindakan tindakan strategis mengamankan nilai tukar rupiah dan perekonomian nasional. Karena berpotensi menimbulkan efek domino hingga ke masyarakat, seperti menurunnya daya beli masyarakat,”ungkap Badiul.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: