
BI Masih Andalkan Intervensi Pasar, Rupiah Kian Terpuruk Dalam
Foto: Sumber: Bank Indonesia - KJ/ONESJAKARTA - Kebijakan stabilisasi rupiah Bank Indonesia (BI) terus dipertanyakan karena masih terus mengandalkan intervensi pasar (tripple intervention) yang terbukti tidak mempan menahan keterpurukan rupiah yang kian dalam.
Kurs rupiah pada perdagangan Selasa (16/4) ditutup merosot 328 poin atau 2,07 persen ke level 16.176 per dollar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 di level 15.848 per dollar AS.
Komite Tetap Pembinaan dan Pengembangan Kesekretariatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Timotius Apriyanto, mengatakan pelemahan rupiah tidak saja tertekan oleh penguatan indeks dollar AS, namun juga penguatan mata uang regional lainnya seperti yen Jepang, karena Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga acuan selama 17 tahun terakhir atau sejak 2007.
"Perekonomian Jepang telah menunjukkan titik terang yang ditunjukkan dengan pulihnya kepercayaan pasar dan ekspansi dunia usaha serta industri di Jepang. Risiko higher for longer dengan kemungkinan menunda penurunan suku bunga the Fed di akhir tahun 2024, masih terbuka di tengah situasi geopolitik global yang penuh ketidakpastian.
"Kondisi ini juga bakal memicu sentimen risk off investor yang memilih mengalihkan dananya ke aset safe haven," kata Timotius.
Eskalasi geopolitik global yang makin meluas seiring dengan serangan Israel ke Gaza yang ditambah dengan serangan balasan Iran ke Israel serta memburuknya krisis pangan dan energi global membuat negara seperti Indonesia makin tertekan karena tidak memiliki produk ekspor yang berdaya saing.
Dari sisi investasi, jelas Timotius, saat uang mencari safe haven maka negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) seperti Indonesia akan menghadapi "hyper competitive di pusaran arus modal yang sulit.
"Otoritas semestinya mengambil langkah agresif sebab mencermati situasi politik dan ekonomi nasional serta internasional agar rupiah tidak terancam semakin melorot ke level 17.500 rupiah per dollar AS.
Kalau rupiah jatuh sangat dalam, dampaknya harga energi semakin mahal. Harga solar terancam bisa tembus ke kisaran 7.500-8.000 rupiah per liter, dan harga pertalite terancam tembus 12.000-12.500 rupiah per liter.
Kondisi tersebut, jelasnya, akan memberatkan masyarakat maupun pelaku usaha, karena biaya komponen produksi khususnya harga energi meningkat.
Berada di Pasar
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan pihaknya akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, di tengah eskalasi konflik global yang terjadi saat ini. Perry seusai mengikuti rapat terbatas tentang perkembangan situasi global, bersama dengan pemerintah di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4), memastikan stabilitas nilai tukar akan terjaga, kita terus melakukan intervensi baik di spot maupun Non Delivery Forward (NFD)," kata Perry.
- Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi
- Baca Juga: Menteri Agama Nasaruddin Umar Mengimbau Kepada Para Pejabat
"Kami pastikan kami di berada pasar untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi," kata Perry.
Berita Trending
- 1 Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap Interpol
- 2 Didakwa Lakukan Kejahatan Kemanusiaan, Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap
- 3 Luar Biasa, Perusahaan Otomotif Vietnam, VinFast, Akan Bangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum hingga 100.000 Titik di Indonesia
- 4 Kerusakan Parah di Hulu Sungai Ciliwung, Sungai Bekasi dan Sungai Cisadane
- 5 KAI Daop 6 Menggandeng Kejaksaan untuk Menyelamatkan Aset Negara di Sleman
Berita Terkini
-
Sambut Lebaran, Pasar Tanah Abang Diserbu Pengunjung
-
Percepatan Pengelolaan Sampah, Presiden Prabowo Tugaskan Menko AHY Bentuk Satgas
-
Agar Bisa Bersaing, Pertamina Fasilitasi Sertifikasi Halal dan HaKI Bagi UMKM
-
PSS Sleman Siap Mati-matian pada 7 Pertandingan Tersisa
-
Rupiah Pagi Ini Melemah Tipis Jadi Rp16.453 per Dollar AS