BI Harus Antisipasi Kebijakan Trump melalui Kenaikan Suku Bunga Acuan
Presiden terpilih AS, Donald Trump.
Foto: afpJAKARTA– Kebijakan ekonomi Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang fokus pada perdagangan dalam negeri dinilai akan berdampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Pengamat ekonomi dari STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, mengatakan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter harus mengantisipasi kebijakan ekonomi Trump itu dengan menaikkan suku bunga acuan.
Kebijakan proteksionis seperti penerapan tarif tinggi pada impor dan pemotongan pajak besar-besaran yang dirancang Trump berpotensi memperkuat nilai tukar dollar AS.
“Penguatan dollar ini bisa memberikan tekanan pada rupiah, terutama dalam bentuk pelemahan nilai tukar yang memicu arus modal keluar dari pasar domestik,” ungkap Aditya kepada Koran Jakarta, Minggu (24/11).
Dalam situasi seperti itu, langkah menaikkan suku bunga akan membantu menjaga stabilitas rupiah dengan harapan akan menarik kembali aliran modal asing. Tidak hanya itu, kebijakan fiskal ekspansif di bawah Trump, termasuk rencana peningkatan belanja infrastruktur, berpotensi meningkatkan inflasi di AS.
Hal itu dapat menyebabkan Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi di negaranya.
“Jika the Fed menaikkan suku bunga, selisih suku bunga antara Indonesia dan AS akan semakin kecil. Hal ini dapat melemahkan daya tarik aset domestik kita,” tambah Aditya.
Dia juga melihat potensi kenaikan harga barang impor akibat kebijakan Trump yang proteksionis. Kenaikan itu dapat memicu inflasi di dalam negeri.
“Bank Indonesia perlu bersikap proaktif untuk mengendalikan inflasi dalam negeri sekaligus menjaga daya beli masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Aditya menjelaskan kalau kebijakan suku bunga tidak hanya berkaitan dengan stabilitas nilai tukar rupiah, tetapi juga erat kaitannya dengan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
“Ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan Trump dapat meningkatkan volatilitas di pasar keuangan. Dengan menaikkan suku bunga diharapkan dapat membantu menjaga kepercayaan investor terhadap Indonesia,” katanya.
Dengan mempertimbangkan berbagai risiko tersebut, Aditya mendesak BI untuk terus memantau perkembangan global dan tidak ragu mengambil langkah preventif.
“Kenaikan suku bunga meskipun sering kali tidak populer adalah kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global,” pungkas Aditya.
Kurang Responsif
Sementara itu, Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, mengatakan jika BI tetap dengan kebijakan seperti saat ini, maka pasar bisa saja menganggap BI pasif atau kurang responsif terhadap tekanan global.
“Jika pelaku pasar menganggap BI tidak sigap maka dampaknya bisa memicu depresiasi nilai tukar rupiah,” kata Badiul.
Dengan menaikkan suku bunga acuan diharapkan menjadi instrumen dalam meminimalkan capital outflow karena investor menangguhkan niatnya memindahkan dana keluar negeri seiring dengan tawaran imbal hasil yang lebih besar.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 2 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 3 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
- 4 Kasad Hadiri Penutupan Lomba Tembak AARM Ke-32 di Filipina
- 5 Masyarakat Perlu Dilibatkan Cegah Gangguan Mental Korban Judol