Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Betapa Serius Pengrajin Zaman Dulu Membuat Mainan

Foto : koran jakarta/Eko S. PUTRO

Alat permainan Adu Kemiri

A   A   A   Pengaturan Font

Finlan Aditia Aldan, 24 tahun, datang ke pameran Kembara Gembira: Ayo Dolan, Ayo Cerita di Museum Sonobudoyo seorang diri. Langkahnya lebih sering terhenti, tapi bukan karena sedang bernostalgia dengan mainan-mainan tradisional yang sedang dipamerkan. Langkahnya terhenti justru karena belum pernah mendapati permainan itu sebelumnya.
"Saya yang pernah memainkan justru yang sudah agak modern kayak ular tangga, yoyo. Saya ini generasi Playstation," tutur Adit.
Masa kecil Adit juga dihabiskan di lingkungan perkotaan di Kota Bandung. Sehingga wajar dia asing dengan mainan-mainan tradisional ala Jawa. Dia lebih akrab dengan Playstation, mobil-mobilan, atau permainan modern yang disediakan di mal-mal.
"Kapal otok-otok pernah lihat di pasar, tapi enggak pernah punya. Tempat adu jangkrik, terakota, itu baru tahu semua," imbuh dia.
Tapi ada satu hal yang membuatnya tercengang dengan mainan-mainan tradisional zaman dulu. Melihat mainan-mainan yang dipamerkan, Adit terkesan dengan bentuk-bentuk mainan zaman dulu yang begitu artistik.
Misalnya terakota yang bentuknya mirip patung dari tanah liat yang dibakar, ada juga alat adu kemiri dari kayu yang diukir sedemikian rupa, bahkan dakon dengan berbagai bentuk sampai ada yang dibuat menyerupai patung kepala manusia.
"Ternyata pengrajin zaman dulu begitu artistik untuk membuat mainan saja, effort-nya luar biasa padahal hanya untuk bikin mainan," ungkap Adit.


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top