Berkat PKH, Irna Berhasil Keluar dari Kemiskinan
Foto: koran jakarta / henry pelupessyIrna Mujayanti (34 tahun), Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) akhir berhasil keluar (graduasi mandiri) dari kondisi kemiskinan yang melilit keluarganya selama bertahun-tahun. Bersama dengan 23 KPM PKH di Kabupaten Tegal, Irna mendapatkan sertifikat graduasi mandiri dari Kementerian Sosial.
"Terima kasih kepada Bapak Menteri Sosial yang sudah memberikan piagam penghargaan secara langsung bagi KPM yang telah graduasi mandiri," tutur Irna seusai menerima sertifikat Graduasi Mandiri dari Menteri Sosial, Idrus Marham, di Tegal, Jawa Tengah, Kamis (26/4).
Irna mengaku sangat bersyukur, dapat merasakan bantuan PKH. Dirinya juga merasakan bagaimana pendamping selalu memberikan nasihat dan pelajaran yang sangat berguna untuk mengubah pola pikir penerima PKH.
"Saya berharap ini dapat menjadi contoh dan motivasi bagi keluarga-keluarga yang saya dampingi untuk bangkit dan berubah cara berpikir sehingga mereka cepat keluar dari belenggu kemiskinan," tambahnya.
Irna mengaku bahwa sejak menikah pada 2005 selalu, kondisi ekonomi keluarganya mengalami kesulitan. "Makan pun terkadang ada terkadang tidak," ujar dia.
Keluarga Irna tinggal bersama orang tua dan ketiga anak, yaitu Kanafina Nasywa (11) kelas 6 SD, Minani Mazidah (6 th), dan M Tsabit Albanani (9 bulan). Mereka tinggal di sebuah rumah di perkampungan yang asri di Desa Kedungbungkus RT 3 RW 2, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal.
Saat ditemui di rumahnya, Irna mulai bercerita bahwa pahit getir kehidupan sudah dia rasakan sejak kecil. Setelah menikah dengan Kaswali (40 th) pun kondisi ekonominya tak kunjung membaik.
Berbagai pekerjaan sudah dijalani, suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dengan upah yang pas-pasan. Suami Irna memutuskan untuk merantau ke Jakarta mencari nafkah.
Untuk mengisi waktu luang, pada tahun 2009, di kampung ada pendirian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Dengan modal ijasah SMA, ia memberanikan diri untuk mendaftar menjadi salah satu pengajar. "Alhamdulillah, saya diterima dengan honor 40 ribu per bulan," tuturnya.
Setahun Irna mengajar di PAUD, pada tahun 2010 ada pesantren yang membuka Roudlotul Athfal (RA) Yayasan Al Amin yang memberikan pendidikan anak-anak usia TK (Taman Kanak-Kanak).
Saat itu, ia ditawari untuk mengajar di RA dengan honor antara 100 ribu sampai 200 ribu per bulan. Dengan berbagai pertimbangan, ia menerimanya.
Dengan modal nekat, tahun 2011, Irna mendaftar kuliah di Universitas Terbuka (UT). Menurut Irna, uang semesteran cukup tinggi untuk ukuran keluarga saya. Setiap semester, saya harus membayar tiga juta rupiah. "Gali lubang tutup lubang, itulah istilah yang pas untuk menggambarkan kondisi keluarga saya," katanya.
Tahun 2015, ia mengaku didatangi oleh seseorang yang mengaku sebagai pendamping PKH, dia menanyakan tentang berbagai kehidupan perekonomiannya.
Berdasarkan hasil validasi oleh pendamping PKH, keluarga Irna dinyatakan layak untuk mendapatkan bantuan PKH. "Waktu itu, saya memiliki anak balita dan anak usia sekolah," jelas Irna.
SM/E-3
Redaktur:
Penulis: Henri pelupessy
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Sekjen PDIP Hasto Tegaskan Kepemimpinan Risma dan Gus Hans di Jawa Timur Lebih Berakar pada Prestasi
- 2 Pasangan RIDO dan Pramono-Rano Bersaing Ketat di Pilkada DKI Jakarta
- 3 Sekjen PDI Perjuangan Hasto Ingatkan Tambang Emas Rawan Disalahgunakan Pilkada Jember
- 4 Petembak Bekasi Lolos Seleksi Olimpiade Remaja 2026
- 5 Kemendes Petakan Potensi Desa untuk Pasok Pangan Makan Bergizi Gratis
Berita Terkini
- Produsen Jepang Gunakan Teknologi Canggih untuk Jenis Ban Baru
- Wirausahawan Muda Butuh Ikut Pelatihan
- V BTS Berkolaborasi dengan Bing Crosby Melalui Single White Christmas
- Transaksi Makin Nyaman, Bank Mandiri Hadirkan Layanan Verifikasi Bank Garansi
- NCT Dream Buka Pop-Up Store untuk Menyambut Comeback