Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produk Lokal

Beri Insentif ke Industri Produsen Barang Substitusi Impor

Foto : Sumber: BPS, Kemendag – Litbang KJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Pemerintah diimbau tidak sekadar menggaungkan upaya meningkatkan konsumsi produk lokal dengan memacu substitusi barang impor, tetapi lebih pada membuat langkah konkret berupa paket kebijakan.

Paket kebijakan tersebut dalam bentuk pemberian insentif untuk menggerakkan investasi di sektor industri yang menghasilkan produk substitusi impor seperti pangan dan alat kesehatan.

Pakar Statistik dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Kresnayana Yahya, yang diminta pendapatnya di Surabaya, Rabu (17/2), mengatakan untuk mempercepat substitusi impor di bidang pangan dan kesehatan, perlu ada paket kebijakan yang lebih nyata.

"Paket kebijakan harus diarahkan untuk menumbuhkan industri baru yang dapat menghasilkan produk subtitusi impor, dengan memberi insentif kepada investor agar mau berinvestasi di sektor industri tersebut," kata Kresnayana.

Perizinan harus disederhanakan yang selama ini menjadi kendala. Selain itu, paket insentif juga perlu menyertakan syarat mengutamakan tenaga kerja yang terdampak rasionalisasi, sehingga bermanfaat ganda. Selain menyerap tenaga kerja yang terpaksa kehilangan pekerjaan, juga dapat mengurangi tekanan devisa.

"Setidaknya dari keberpihakan itu, 16-20 persen pengangguran bisa diserap," katanya.

Produsen dalam negeri pun harus memanfaatkan berbagai peluang dan memperbaiki daya saing. Maka itu, berbagai persoalan seperti biaya yang kurang efesien dan produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan. "Produsen juga mesti memperhatikan kreativitas dan inovasi agar tidak kalah dengan produk-produk dari luar negeri," pungkas Kresnayana.

Inovasi Baru

Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang PS Brodjonegoro, mendorong para peneliti dan akademisi di Tanah Air melahirkan inovasi baru untuk substitusi impor sehingga mengurangi kebergantungan Indonesia terhadap impor.

"Kuncinya substitusi impor harus berbasis inovasi tidak hanya sekadar reverse engineering atau tidak hanya sekadar meng-copy produk dari luar," kata Menristek.

Bambang menuturkan salah satu produk inovasi baru untuk substitusi impor di bidang kesehatan yaitu alat skrining Covid-19 GeNose karya akademisi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Alat penapisan Covid-19 berbasis embusan napas itu sudah mengimplementasikan kecerdasan buatan atau artificial intelligence.

Di bidang pangan juga terdapat beragam riset unggulan, antara lain riset tentang peningkatan produktivitas cabai, peningkatan kualitas minyak ikan tuna dalam negeri sebagai sumber DHA, perakitan varietas padi hitam unggul berdaya hasil tinggi untuk bahan pangan fungsional.

Kemudian, ada peningkatan produktivitas bawang merah secara terpadu dengan best practices presisi dan pertanian ramah lingkungan, serta seleksi cepat biomarka pengontrol sifat keempukan daging domba yang menggunakan digital gene expression oleh Institut Pertanian Bogor.

"Jadi, kita pakai inovasi untuk menggantikan peran dari fungsi yang sama yang selama ini harus diimpor dan membuat kita kelabakan karena mengganggu neraca perdagangan," katanya. n SB/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top