Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berharap Berita Ampli Itu "Hoax"

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Apakah ini bagian dari keberingasan, bagian dari kebencian, bagian dari nafsu membunuh dulu, urusan belakangan? Apakah main hakim sendiri dan menuntaskan merupakan jalan pemuas ?


Saya berharap berita ampli ini hoax adanya. Bahkan kalau hoax pun, bisa menjadi pelajaran agar tidak gegabah menghakimi, tidak "sumbu pendek" dalam bereaksi, tidak ikut larut dalam aksi massa.

Karena setelah peristiwa terjadi, penyesalan saja tak cukup untuk menghidupkan yang tak bersalah. Tak cukup menjawab bagaimana dengan istri, atau anak-anaknya, atau masa depan mereka, atau tentang harga nyawa itu sendiri. Dan penyesalan tak cukup meringankan tragedi yang sungguh ngeri, di negeri ini.


Kemarahan di media sosial bisa dibaca sebagai pertanda menyayangkan peristiwa pembakaran manusia, sebagai upaya menjaga kewaspadaan, kewarasan dalam bertindak, dan kehati-hatian.

Bukan hanya dalam kasus yang menenggelamkan rasa kemanusiaan, melainkan juga pada peristiwa lain. Yang bisa saja sangat sepele-hanya prasangka, hanya curiga sebagai awal mula, - dan berakhir di luar yang tak terbayangkan sendiri.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top