Berburu Planet Baru, Begini Cara NASA Temukan Planet Layak Huni Selain Bumi

Penemuan planet kecil berbatu yang lebih mirip dengan Bumi menjadi tonggak pencapaian baru dalam teknologi perburuan planet ekstrasurya atau Exoplanet. Ialah astronom William Borucki, yang berhasil mencetuskan metode "Transit", sebuah metode pendeteksi Exoplanet terdahsyat.

Metode ini mirip dengan gerhana matahari, dimana planet ekstrasurya dideteksi dari penurunan cahaya bintang ketika sebuah planet melintasi wajah bintang yang diorbitnya.

Borucki bersama NASA kemudian meluncurkan teleskop luar angkasa Kepler yang sangat sensitif akan cahaya pada 2009. Sejak diluncurkan, Kepler berhasil menemukan lebih dari 3845 Exoplanet hingga saat ini. Sebagian dari Exoplanet tersebut seukuran Bumi.

Metode "Transit" menjadi metode paling berhasil sepanjang sejarah dengan 76.8 persen penemuan, disusul metode "Radial Velocity" atau wobble yang telah menemukan 915 exoplanet atau setara 18,3 persen. Kemudian metode "Imaging" dan "Microlensing" yang masing-masing telah menemukan 58 dan 129 Exoplanet.

"Tidak ada dari kita yang mengharapkan keragaman sistem planet dan bintang yang sangat besar ini. Ini luar biasa," ujar Borucki seperti yang dilansir dari NASA.

Pada tahun 2018, NASA meluncurkan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) sebagai penerus Kepler untuk menemukan exoplanet yang mengorbit di sekitar bintang kerdil paling terang, jenis bintang paling umum di galaksi kita.

NASA juga telah meluncurkan teleskop luar angkasa James Webb yang mampu mendapatkan penglihatan mengenai campuran gas di atmosfer Exoplanet seukuran Bumi.

Kedepannya, NASA akan meluncurkan teleskop luar angkasa Nancy Grace Roman, yang mampu mempelajari lebih banyak pelajaran baru dari planet ekstrasurya.

Para astronom juga berharap kedepannya dapat mempelajari mengenai kondisi dan atmosfer berbagai Exoplanet melalui spektroskopi, hingga membaca tanda cahaya.