Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 17 Jan 2025, 03:06 WIB

Berbeda dengan Covid-19, Penderita HMPV Tak Perlu Diisolasi

Foto: Antara

JAKARTA - Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Telly Purnamasari Agus menyampaikan, penderita virus Human Metapneumovirus (HMPV) tidak perlu isolasi. Pasalnya, HMPV sangat berbeda dengan Covid-19 yang menyerang secara akut.

1737041245_fa63c240d246cf878311.jpeg

Konferensi Pers lPeneliti Ahli Madya Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Telly Purnamasari Agus, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (16/1)(Foto: M. Ma'ruf)

“Kalau terserang tidak perlu isolasi perlakuan khusus,” kata Telly, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (16/1).

Dia menjelaskan, HMPV menyerang tubuh secara bertahap dengan masa inkubasi dalam tubuh berlangsung 3 sampai 6 hari. Meski bisa sembuh sendiri, namun tetap perlu pengobatan.

Telly melanjuykan, pengobatan penyakit yang disebabkan virus HMPV itu belum tersedia. Pengobatan menggunakan obat simptomatik atau pemberian obat berdasarkan gejala penderita.

“Misal, gejalanya flu maka diberikan obat flu, batuk, demam juga begitu,” katanya.

Riset Lanjutan

Dia mengungkapkan, HMPV dibagi dalam 2 subtipe, yaitu subtipe A dan B. Menurutnya, asing-masing subtipe tersebut memiliki beberapa subgrup dengan karakteristik yang berbeda.

Subtipe A terdiri dari subgrup A1 dan A2. Telly menyebut subtipe ini dapat menyebabkan infeksi saluran nafas yang lebih berat dan sering dikaitkan dengan kejadian wabah dibandingkan subtipe B. 

“Sedangkan subtipe B terdiri dari subgrup B1 dan B2, cenderung menyebabkan infeksi yang lebih ringan dan memiliki prevalensi yang lebih tinggi di musim tertentu,” lanjutnya.

Telly menekankan, perlu penelitian terkait genetik virus HMPV untuk mengetahui karakteristik virus HMPV yang beredar di Indonesia. Menurutnya, pengembangan tes diagnostik cepat untuk mendeteksi HMPV juga diperlukan, terutama di daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas.

“Selain itu, diperlukan penelitian klinis untuk mengetahui faktor risiko, keparahan penyakit dan komplikasi, tatalaksana pengobatan dan pengembangan vaksin sebagai upaya mengurangi dampak penyakit yang disebabkan HMPV,” ucapnya.

Telly menyebut, belum ada vaksinasi khusus untuk mencegah HMPV. Namun, beberapa upaya pencegahan efektif dapat dilakukan, seperti menjaga kebersihan tangan, memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. 

“Kolaborasi penelitian dapat dilakukan dengan organisasi internasional seperti WHO dan CDC, untuk mengetahui tren global terkait HMPV, serta sebagai upaya mitigasi penyebaran dan dampak penyakit lintas negara,” tuturnya. n ruf/S-2

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.