Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Reformasi Agraria

Bentrokan Kembali Warnai Aksi Protes Petani di India

Foto : AFP/Arun KUMAR

Cegah Bentrokan - Polisi India berupaya mencegah warga lokal bentrok dengan para petani yang sedang melakukan aksi protes dengan memblokade jalan utama yang menghubungkan Delhi dengan Negara Bagian Haryana, pada Jumat (29/1). Para petani India menyatakan akan terus bertahan untuk melakukan aksi protes hingga tuntutan pencabutan UU reformasi agraria dikabulkan.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW DELHI - Bentrokan antara ratusan penentang dan pendukung aksi protes petani yang menolak liberalisasi pasar hasil pertanian dan telah mengganggu ibu kota India selama lebih dari delapan pekan, kembali terjadi Jumat (29/1). Dalam kericuhan itu, aparat kepolisian terpaksa harus menembakkan peluru gas air mata dan menggunakan tongkat untuk memisahkan mereka.

Situasi tegang sebenarnya telah meningkat di sekitar kamp-kamp petani di pinggiran New Delhi sejak peringatan Hari Republik pada Selasa (26/1), ketika terjadi aksi demonstrasi dimana petani melakukan konvoi dengan traktor untuk merangsek masuk ke ibu kota yang berujung dengan kericuhan.

Dalam insiden itu dilaporkan seorang petani tewas karena traktor yang ditumpanginya terguling saat menabrak barikade dan sekitar 400 personel polisi mengalami luka.

Usai kericuhan pada Selasa, pemerintah India telah menambah kehadiran pasukan keamanan di Delhi dan di sekitar kamp yang menampung petani.

Dalam kericuhan yang berujung dengan bentrokan pada Jumat dipicu oleh seruan sejumlah kelompok lokal yang mengatakan para petani harus hengkang, sementara para pemimpin petani bersikeras untuk terus melanjutkan aksi protes mereka.

"Saat kami tak memiliki lahan lagi. Saat kami tak lagi bisa bercocok tanam. Itu semua akan membuat kami mati," kata Bhagwant Singh, seorang petani berusia 53 tahun di Singhu. "Namun jika kita mati di sini karena melakukan protes, kita akan menjadi martir. Kita akan berjuang dan mati untuk memperjuangkan hak-hak rakyat di negeri ini," imbuh dia.

Tolak Deregulasi

Aksi protes petani India ini dipicu oleh penolakan mereka atas akan diberlakukannya reformasi agraria yang bertujuan untuk menderegulasi pasar hasil pertanian yang selama beberapa dekade telah diatur oleh badan-badan negara dengan jaminan harga minimum. Para petani memprotes langkah reformasi ini dengan mengatakan bahwa perubahan itu akan membuat perusahaan raksasa di India mengambil alih industri pertanian.

Sektor pertanian menyediakan pekerjaan bagi dua pertiga dari 1,3 miliar populasi di India, tetapi pemerintah mengatakan bahwa industri ini tidak efisien dan langkah reformasi akan meningkatkan pendapatan di pedesaan.

Terkait rencana untuk menggelar aksi kembali di parlemen pada Senin (1/2), pihak petani menyatakan bahwa mereka telah membatalkan rencana itu, namun mereka menegaskan kembali tekad mereka untuk tetap bertahan di kamp-kamp yang ada di pinggiran ibu kota walau pihak pemerintah telah menutup akses terhadap kebutuhan listrik maupun air bersih.

"Pemerintah boleh saja mencoba untuk menggagalkan aksi protes kami melalui kebohongan dan tipu muslihat," kata Sukhdev Singh, seorang petani berusia sekitar 30 tahun seraya mengatakan bahwa keluarganya yang menetap di Negara Bagian Punjab khawatir atas situasi tegang di New Delhi, namun tak meminta para petani itu untuk kembali dengan tangan hampa.

"Kami tidak akan mundur dari sini sejengkal pun hingga undang-undang itu dicabut. Kami akan bertahan selama dibutuhkan selama satu hari, satu bulan atau satu tahun atau 10 tahun," pungkas Singh. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top