Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Reformasi Struktural

Benahi Fundamental Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Negara

Foto : Sumber: BPS – Litbang KJ/and - kj/ones
A   A   A   Pengaturan Font

"Mungkin pemerintah saat ini jangan terlalu fokus pada jargon hilirisasi yang kurang relevan lagi di tengah maraknya global value chain dan global production network," kata Fajar.

Kalau ingin meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, harus dipastikan produk tersebut kompetitif. "Kalau perlu diberikan insentif usaha bagi penyedia bahan baku agar harganya kompetitif dengan kualitas yang sama dengan produk impor," kata Fajar.

Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Mohamad D. Revindo, mengatakan hampir 90 persen impor Indonesia dalam bentuk bahan baku penolong dan barang modal. Hal itu berarti, industri domestik masih sangat bergantung impor. Barang impor tersebut terdiri dari bahan bakar, alat komunikasi dan komponennya, tepung, perhiasan, benang, gula industri, dan berbagai bahan lainnya.

Dengan besarnya komposisi impor terhadap produk industri dalam negeri, maka untuk mengatasi itu dengan substitusi impor, namun dalam praktiknya kerap sulit berjalan. Revindo mengusulkan agar menempuh kebijakan yang lebih berkelanjutan dan tidak merugikan produsen dan konsumen domestik yaitu memudahkan masuknya investasi untuk industri hulu, terutama yang berteknologi tinggi dan bersedia alih teknologi.

"Ini bisa dilakukan jika ada perbaikan iklim investasi, yang saat ini isunya adalah sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah, ketenagakerjaan dan pengawasan impor ilegal," pungkas Revindo.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Djati Waluyo, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top