Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Maritim

Bartolomeu Dias, Penjelajah Spanyol Penemu Tanjung Harapan

Foto : Wikimedia

Replika kapal Bartolomeu Dias di Dias Museum, Mossel Bay, Afsel.

A   A   A   Pengaturan Font

Raja Joao II dari Portugis membiayai ekspedisi untuk menemukan India dengan menunjuk Bartolomeu Dias. Menyusuri pantai barat Afrika, ia menemukan ujung benua sebagai pembuka jalur ke perdagangan rempah-rempah yang diberi nama Tanjung Harapan.

Bartolomeu Dias juga disebut Bartholomeus Diaz dalam bahasa Inggris, adalah seorang navigator Portugis. Pada 1488, ia menemukan rute laut menuju India, sebuah tempat yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah kala itu.

Rute yang disebut dengan Cabo da Tormentosa atau Tanjung Badai di sekitar ujung selatan Afrika. Di sini ia menemukan angin pasat tenggara dan barat di barat dan selatan Afrika Selatan, sehingga membentuk sistem angin bagi mereka yang berlayar setelahnya.

Raja Joao II dari Portugis membiayai ekspedisi Dias kemudian mengganti nama Tanjung Badai menjadi Cabo da Boa Esperança atau Tanjung Harapan. Dias mengambil bagian dalam ekspedisi Cabral yang menemukan Brasil, tetapi kapal Dias tenggelam saat terjadi badai.

Dias sampai sekarang dikenal sebagai pelaut pertama yang mengitari Tanjung Harapan. Untuk menuju India, sebelumnya orang Fenisia, Mesir, Yunani, Arab, Tiongkok, dan India mereka semua melakukan perjalanan menyusuri pesisir barat dan timur Afrika.

Pelayaran Dias ke India penuh dengan konsekuensi karena tidak hanya semata membuka jalur laut ke Hindia, namun juga membuka jalan bagi kontak antara Eropa, Afrika, dan Timur, sehingga memperluas wilayah pengaruh Portugis.

Dia sebenarnya memiliki catatan lengkap tentang perjalanan yang dilakukan. Sayang informasi awal tentang pelayaran Dias terbatas karena semua catatan perjalanannya musnah ketika kastil Sao Jorge, tempat penyimpanannya, mengalami kebakaran setelah terjadi gempa bumi Lisbon pada 1755.

Namun, para sejarawan telah merekonstruksi cerita dari kronik-kronik yang ditulis pada abad ke-16. Dari peta-peta yang hampir kontemporer, dan dari pilar-pilar batu dan padrao atau prasasti yang didirikan para penjelajah di tanjung sepanjang pantai Afrika selama pelayaran mereka, dan dari alur-alur kuno.

Buku rute Duarte Pacheco Pereira sangat berguna dalam hal ini. Pereira menulis Esmeraldo de Sito Orbis, di mana dia mencatat petualangannya sendiri di pantai Guinea. Ia menulis berdasarkan pengalaman langsung karena Dias menyelamatkannya pada 1488 dalam perjalanan pulang setelah ditemukannya Tanjung Harapan.

Skuadron tiga kapal Dias berangkat dari Sungai Tagus di bawah Lisbon pada Agustus 1487. Raja Portugis ingin mereka mencari jalan ke India untuk berdagang. Untuk mengisi kembali perbekalan sebelum melakukan perjalanan ke luar Kongo, skuadron itu mengunjungi Sao Jorge de Mina, benteng Portugis di Gold Coast.

Mereka mendarat di pantai Namibia yang tandus pada Desember, dan di pantai Angola memindahkan perbekalan dari gudang dan mengangkat sauh bersama awak sementara yang terdiri dari sembilan orang.

Di luar Cape Cross, mereka berlayar mendekati pantai. Diperkirakan mereka mencapai Golfo da Conceicao (Teluk Walvis) pada 8 Desember, di mana kemungkinan besar mereka berlabuh. Berlayar ke selatan di sepanjang pantai Namaqualand, mereka menamai Teluk St Thomas (Spencer Bay) dan Angra das Voltas (Luderitz).

Selanjutnya mereka menyusuri pantai yang tidak ramah dengan berlayar ke Golfo de Santo Estevao (Teluk Elizabeth). Berkeliling selama beberapa hari tanpa melihat daratan, tanpa disadari mereka mengitari Tanjung Harapan pada akhir Januari 1488. Saat menyusuri pantai selatan, mereka sampai di muara Gourits di mana mereka melihat suku Khoikhoi sedang menggembalakan ternak mereka yang bertanduk lebar.

Suku Khoikhoi, juga dikenal sebagai suku Khoi, Khoekhoe, atau Khoisan, adalah sekelompok masyarakat adat di Afrika barat daya, terutama di Afrika Selatan dan Namibia. Di tempat mereka menggembala terdapat sungai yang kemudian diberi nama Rio dos Vacqueiros atau Sungai Para Penggembala Sapi.

Ujung Selatan Afrika

Karena lelah karena angin dan cuaca, pada awal Februari 1488 mereka melanjutkan perjalanan ke arah timur sepanjang pantai. Mereka mengira telah mengitari benua Afrika. Kapal kemudian dilabuhkan di di teluk yang luas untuk mengisi kembali tong air mereka. Mereka menamai teluk ini Golfo de Sao Bras atau kini dikenal dengan Teluk Mossel.

Di sini, penduduk setempat menerima pernak-pernik yang dibawa. Para pelaut dapat membeli sapi dan domba dengan cara barter. Namun kaum Khoikhoi kemudian menjadi tidak percaya pada para penyusup itu dan menyerang mereka. Mengambil panah otomatis, Dias menembak salah satu dari mereka hingga tewas menyebabkan orang-orang melarikan diri ketakutan.

Para pelaut segera mundur ke kapal diarahkan ke arah timur sejauh Bahia da Roca (Teluk Algoa). Di sini kapal berlabuh di tepi pantai terbesar dari tiga pulau berbatu yang dipenuhi burung laut dan singa laut. Di puncak sebuah pulau, mereka mengangkat salib kayu dan merayakan misa, lalu menamai pulau kecil itu ilheu da Cruz.

Beberapa hari setelah meninggalkan Teluk Algoa, mereka sampai di muara sungai, yang Dias sebut Rio de Infante. Di sini, anak buahnya memaksanya untuk mengembalikan mereka ke Portugal karena mereka kelelahan dan ketakutan serta perbekalan mereka hampir habis.

Sejarawan mula-mula mengira titik baliknya adalah muara Great Fish, namun kini diperkirakan adalah Sungai Keiskamma. Pada 12 Maret 1488, sedikit di sebelah barat muara Sungai Bushman, mereka membuang sauh di sebuah tanjung, yang dulunya disebut False Islet atau Pulau Palsu, sekarang dikenal sebagai Kwaaihoek.

Di pulau tersebut, Dias mendirikan pilar batu terjauhnya yang dinamakan padrao de Sao Gregorio dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Kapal Dias sekali lagi mampir ke Teluk Algoa. Mereka berlabuh di Teluk Struisbaai pada 23 April 1488, menamakannya Aguada de San Jorge. Diperkirakan mereka tinggal di sini selama beberapa waktu untuk memperbarui persediaan makanan segar.

Dias melihat Tanjung Agulhas pada 16 Mei, namun tidak menyadari bahwa titik yang tidak mengesankan ini adalah ujung selatan Afrika. Akhirnya semua peta selanjutnya menunjukkan Tanjung Harapan sebagai ujung benua.

Dari Tanjung Harapan, Dias berlayar ke utara. Pada Hari St Christopher, 34 Juli, dia bergabung kembali dengan gudang yang mereka tinggalkan di Teluk Luderitz. Dari sembilan orang yang tersisa, enam orang tewas dalam serangan Khoikhoi yang memusuhi kehadiran mereka, dan tiga orang yang selamat sangat lemah.

Perjalanan pulang dari Afrika berakhir ketika Dias membuang sauh di sungai Tagus, Lisbon, pada Desember 1488 setelah perjalanan selama 16 bulan 17 hari. Ia berhasil menemukan 350 liga garis pantai yang tidak diketahui orang Eropa. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top