Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Bappenas Luncurkan Dokumen Stranas Lahan Basah

Foto : ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Medrilzam (kedua dari kiri) bersama para pemangku kepentingan terkait foto bersama sembari memegang dokumen Strategi Nasional (Stranas) Pengelolaan Lahan Basah Ekosistem Gambut dan Mangrove, Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (2/2).

A   A   A   Pengaturan Font

Ekosistem lahan basah mengalami perubahan siklus hidrologi, antara lain disebabkan perubahan suhu udara dan tata guna lahan, meningkatnya kerentanan pesisir serta pencemaran, dan kerusakan kawasan pesisir serta laut yang akan berpengaruh terhadap pengelolaan ekosistem di sekitarnya.

Sebaliknya, pengelolaan ekosistem lahan basah yang tidak optimal dapat turut memperburuk krisis yang terjadi karena fungsi ekosistem lahan basah sangat penting bagi penyangga sistem lainnya, terutama sistem sosio-ekologi.

Jika kita berbicara tentang ekosistem lahan basah, kata Vivi, tentu tidak lepas dari keseluruhan ekosistem di daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan alami atau buatan; tetap atau sementara, dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau, atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari 6 meter pada waktu surut.

Dalam stranas lahan basah ini yang berfokus pada dua ekosistem lahan basah, yaitu gambut dan mangrove, memiliki potensi yang tinggi untuk menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar.

Misalnya saja, area ekosistem mangrove Indonesia merupakan paling luas di dunia, yakni sebesar 3,2-3,3 juta hektar dengan nilai penyimpanan karbon sebesar lebih dari 950 ton per hektar.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top