Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Organisasi Regional

Banyak Tantangan, ASEAN di Ujung Perpecahan?

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Peringatan ulang tahun ASEAN ke 50 tahun sekaligus menjadi momen bagi negara-negara anggota untuk menguatkan kembali persatuan. Pasalnya, ASEAN sekarang dihadapkan pada banyak tantangan, yang jika tidak segera disikapi bisa mengancam pada perpecahan ASEAN.

Menurut Prapat Thepchatree, Direktur Pusat Kajian ASEAN dari Universitas Thammsat, ASEAN sekarang telah menjadi industri paling penting di kawasan Asia Tenggara. Apalagi pada 31 Desember 2015 lalu, ke-10 negara anggota ASEAN sudah memasuki babak komumitas ASEAN.

"Sekarang, total ada 47 pelabuhan yang menghubungkan negara-negara ASEAN. Transportasi udara, wilayah udara ASEAN sekarang sibuk sekali," kata Prapat.

Sayang, ASEAN masih menghadapi tantangan yang bisa menggoyang organisai terbesar di kawasan Asia Tenggara itu. Prapat mengatakan ASEAN dihadapkan pada tantangan internal, seperti tantangan politik, kurangnya kepercayaan, kesalahfahaman hingga tantangan ekonomi, dimana antara sesama anggota ASEAN masih melihat anggota yang lain sebagai kompetitor, bukannya mitra.

"Kurangnnya common identity telah membuat ASEAN terpecah-pecah. Ini tantangan penting untuk diatasi bersama agar ASEAN bisa bergerak maju," kata Prapat.

Untuk tantangan eksternal, disebut Prapat, saat ini adanya kekuatan di luar ASEAN, yakni Amerika Serikat (AS), Tiongkok dan India, yang sangat berambisi untuk mendominasi dunia. Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS, juga bukan sebuah pertanda yang bagus karena AS sekarang terlihat ingin maju sendiri.

Sementara itu, Vo Tri Tanh, analis dari Central Institute for Economic Management, mengatakan ancaman perpecahan di ASEAN dipicu pula oleh ambisi tiap-tiap negara yang berbeda-beda. Padahal, harus ada keseimbangan ambisi setiap negara anggota.

ASEAN, sambung Vo, harus dilihat sebagai hub, bukan negara yang berdiri sendiri-sendiri. ASEAN harus saling terintegrasi. "Kita harus fokus karena masih banyak ruang bagi ASEAN untuk berkembang. Kita bahkan bisa mengeksplorasi pasar dunia. Untuk membuat ASEAN maju, dibutuhkan integritas yang berkuaitas dan memperluas kerja sama, seperti di bidang e-commerce," kata Vo.

Ada Masalah Keamanan

Kekhawatiran atas keberlangsungan ASEAN, juga diperlihatkan oleh Siswo Pramono, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu). Menurut Siswo, sekarang ini muncul masalah keamanan yang mengepung wilayah Malaysia, Filipina dan Indonesia, di mana kelompok-kelompok radikal melakukan penculikan terhadap nelayan dan turis yang melintasi wilayah perairan perbatansan tiga negara itu. Imbasnya, sektor sosial dan ekonomi ASEAN sulit ditingkatkan ketika ada masalah keamanan seperti ini.

"Jika ingin ada lebih banyak konektivitas ASEAN dibidang ekonomi, maka harus ada konektivitas dengan warga lokal dan bersama-sama memberantas radikalisme," kata Siswo.

Pernyataan Siswo itu, berkaca pada hasil penelitiannya dimana hanya 68 persen penduduk ASEAN yang mengetahui peran ASEAN. Penduduk di wilayah Kepulauan Mindanao, Filipina selatan, tercatat sebagai masyarakat yang paling minim pengetahuannya mengenai ASEAN.Risetnya juga mengungkap, baru 60 persen penduduk Indonesia, yang mengetahui peran ASEAN. Hal ini menurut Siswo telah menjadi sebuah tantangan bagi ASEAN.

ASEAN sekarang memiliki populasi sebanyak 600 juta jiwa dengan PDB 2,5 triliun dollar AS atau terbesar ke-9 di dunia. Pada 2030, diperkirakan PDB ASEAN bakal menembus 7 triliun sampai 8 triliun dollar AS atau terbesar ke-5 di dunia.

suci sekarwati

Komentar

Komentar
()

Top