Banyak Digunakan untuk Menulis Karya Sastra
Foto: Zaid AL-OBEIDI/AFPMengapa tulisan Mesopotamia kuno disebut “paku” (kuneiform). Nama ini berasal dari sistem penulisan ini didasarkan pada tanda-tanda yang tampak seperti irisan. Para cendekiawan yang mengenalinya memberinya nama yang terinspirasi oleh nama Latin untuk irisan yaitu cuneus.
Tanda-tanda ini biasanya ditulis pada lempengan tanah liat dengan stylus yang dibuat dari tongkat atau buluh, dan terkadang dipotong menjadi batu dengan peralatan logam. Cendekiawan paku masa kini mengamati lempengan-lempengan berusia ribuan tahun ini, kerikil halus dari tanah liat panggang seukuran ponsel, untuk menerjemahkan tanda-tanda kecil berbentuk baji ini.
Pada beberapa lempengan dapat dilihat tanda kuku, tempat seseorang telah menekan semacam tanda tangan ke tanah liat. Jika cukup beruntung untuk mendekati lempengan paku, mungkin dapat menggerakkan jari di atas tanda-tanda baji untuk merasakan catatan fisik yang ditinggalkan oleh, katakanlah, seorang pembuat bir dari Mesopotamia sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Tidak seperti alfabet, aksara paku awal adalah apa yang disebut logografik. Sementara alfabet menggunakan huruf-huruf individual untuk secara langsung mewakili bunyi yang disebut fonogram. Sedangkan aksara paku awal menggunakan karakter tunggal atau huruf yang mewakili seluruh kata yang disebut logogram.
Misalnya, aksara Tiongkok biasanya merupakan logogram, dan begitu pula banyak aksara hieroglif Mesir Kuno. Banyak aksara paku juga merupakan logogram. Tulisan Mesopotamia kuno menggunakan ratusan tanda ini dengan berbagai cara. Bahkan lebih sulit bagi orang yang mencoba membaca aksara paku, tanda-tanda ini banyak berubah selama 3.000 tahun sejarahnya.
Aksara paku akhirnya bergeser untuk mencampurkan logogram dan elemen suku kata. Dalam sistem penulisan Mesopotamia kuno, beberapa tanda sebenarnya tidak memiliki arti apa pun dengan sendirinya, tetapi hanya membantu pembaca mengetahui cara memahami tanda sebelumnya yang disebut dengan pelengkap fonetik, karena mereka hanya memiliki nilai fonetik dan bukan nilai semantik.
Sastra Mesopotamia adalah salah satu yang tertua di dunia. Ada banyak teks karya berbeda yang ditulis dalam aksara paku. Ada begitu banyak karya sastra namun sayangnya sebagian besarnya belum bisa dibaca.
Epos Gilgames adalah karya tulis paling terkenal dari Mesopotamia kuno. Ini adalah cerita tentang seorang raja bernama Gilgames, yang memerintah Kota Uruk. Bersama temannya Enkidu, Gilgames mengambil bagian dalam petualangan legendaris.
Dia pergi untuk membunuh penjaga hutan cedar kuno bernama Huwawa. Mereka juga membunuh Banteng Surga dan menghina Dewi Ishtar. Para dewa menghukum Enkidu karena melanggar batas dan membunuhnya. Gilgames kesal dengan kehilangan temannya dan pergi mencari kehidupan abadi.
Selama pencarian ini, dia bertemu dengan seorang pria bernama Utnapishtim, dan dalam versi lain seorang pria bernama Atrahasis. Utnapishtim sebelumnya telah ditugaskan oleh Dewa Enki untuk membuat kapal besar sebagai persiapan untuk banjir besar yang akan memusnahkan semua kehidupan. Pada akhirnya, Gilgamesh gagal mencapai keabadian. Sebaliknya, ia memutuskan bahwa ia dapat memperoleh ketenaran abadi. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 4 Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- 5 Cegah Kepunahan, Karantina Kepri Lepasliarkan 1.200 Burung ke Alam